Qatar sedang mengkaji ulang perannya sebagai mediator antara Israel dan Hamas yang berperang selama enam bulan terakhir. Langkah ini diambil Doha setelah negara itu menuai kritikan terkait perannya dalam menengahi perundingan antara Israel dan Hamas selama ini.
"Qatar sedang dalam proses evaluasi ulang, secara menyeluruh, atas perannya," ucap Perdana Menteri (PM) Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani dalam konferensi pers di Doha, seperti dilansir AFP, Kamis (18/4/2024).
"Ada eksploitasi dan penyalahgunaan peran Qatar," sebutnya.
Sheikh Mohammed menambahkan bahwa Qatar telah menjadi korban "point-scoring" -- atau upaya menarik simpati -- oleh "sejumlah politisi yang berupaya melakukan kampanye pemilu dengan merendahkan Negara Qatar".
Qatar bersama dengan Amerika Serikat (AS) dan Mesir, telah terlibat dalam perundingan di belakang layar selama berminggu-minggu yang bertujuan mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza dan pembebasan para sandera Israel dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Para mediator awalnya berharap bisa mencapai gencatan senjata sebelum Ramadan, namun kemajuan berulang kali terhambat tanpa adanya penghentian pertempuran selama bulan suci bagi umat Muslim tersebut yang telah berakhir pekan lalu.
Sheikh Mohammed, pada Rabu (17/4) waktu setempat, mengatakan bahwa perundingan itu telah terhenti.
"Kami sedang melalui tahap sensitif dengan beberapa hambatan, dan kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi hambatan ini," ujarnya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
(nvc/idh)