Pembicaraan soal gencatan senjata terbaru di Jalur Gaza akan kembali digelar di Paris, Prancis pada akhir pekan ini. Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS) akan membahas kemungkinan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, dengan kali ini perunding Israel akan terlibat langsung.
Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (23/2/2024), pembicaraan terakhir soal gencatan senjata berujung kegagalan dua pekan lalu, ketika Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menolak usulan Hamas, yang disebutnya sebagai "khayalan".
Hamas, dalam usulannya pada saat itu, mencetuskan gencatan senjata selama 4,5 bulan yang akan berakhir dengan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pekan ini, pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dilaporkan berada di Mesir, yang menjadi tanda terkuat dalam beberapa pekan terakhir bahwa perundingan gencatan senjata masih berjalan.
Laporan dari sumber yang memahami pembicaraan tersebut dan televisi lokal Israel, Channel 12, pada Kamis (22/2) waktu setempat menyebut kabinet perang Israel telah menyetujui untuk mengirimkan tim perunding, yang dipimpin oleh David Barnea yang merupakan kepala dinas intelijen Israel, Mossad.
Dilaporkan bahwa Barnea dan tim perunding Israel tersebut itu berangkat ke Paris pada Jumat (23/2) waktu setempat untuk melakukan pembicaraan mengenai kemungkinan kesepakatan untuk membebaskan 100 sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza sejak diculik dari Israel pada Oktober lalu.
Menurut sumber yang dikutip Reuters, Direktur Badan Intelijen Pusat AS atau CIA, William Burns, kemudian PM Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dan kepala intelijen Mesir Abbas Kamel juga akan hadir terlibat dalam pembicaraan di Paris.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Sebelumnya pada Kamis (22/2) waktu setempat, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan para perunding negara itu mendapatkan wewenang yang lebih luas untuk membahas pembebasan para sandera. Urgensi upaya diplomatik tampaknya semakin meningkat menjelang bulan suci Ramadan.
"Kami sangat fokus dalam upaya mencapai kesepakatan yang menghasilkan pembebasan sandera yang tersisa dan menghasilkan gencatan senjata kemanusiaan yang diperpanjang," ucap Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken saat berbicara kepada wartawan di Brasil.
Sementara itu, seorang pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan kepada Reuters bahwa Israel bertanggung jawab atas tidak adanya kemajuan dan kemunduran ketentuan yang diterimanya pekan lalu dalam proposal gencatan senjata sebelumnya.
"Pendudukan (Israel) tidak tertarik untuk mencapai kesepakatan apa pun," sebutnya.
Tel Aviv belum mengomentari pernyataan Abu Zuhri tersebut. Namun Netanyahu sebelumnya mengatakan jika Hamas menunjukkan fleksibilitas, maka kemajuan mungkin akan terjadi.
Hamas bersikeras menyatakan tidak akan membebaskan sandera yang tersisa di Jalur Gaza, kecuali Israel setuju mengakhiri pertempuran dan menarik diri dari daerah kantong Palestina tersebut. Tel Aviv menegaskan tidak akan mundur hingga Hamas dihancurkan.