Terduga dalang utama pengeboman misa Katolik di sebuah kampus di Marawi, Filipina bagian selatan, tewas dalam bentrokan antara kelompok pro-Islamic State (ISIS) dengan tentara Filipina. Pengeboman yang diklaim oleh ISIS itu menewaskan sedikitnya empat orang pada Desember tahun lalu.
Seperti dilansir AFP, Senin (12/2/2024), pengeboman yang mengguncang misa Katolik yang digelar di sebuah gedung olahraga atau gimnasium Universitas Negeri Mindanao di Marawi pada 3 Desember lalu menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai puluhan orang lainnya.
Marawi yang merupakan kota yang dihuni warga Musim terbesar di Filipina, pernah dikepung dan diduduki militan pro-ISIS tahun 2017 lalu. ISIS, dalam pernyataannya pada Desember lalu, mengklaim pihaknya bertanggung jawab atas pengeboman di Marawi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komandan brigade militer Filipina, Brigadir Jenderal Yegor Rey Barroquillo, menuturkan kepada AFP bahwa delapan militan Dawlah Islamiyah dicurigai mendalangi pengeboman tersebut.
Lima militan di antara, sebut Barroquillo, tewas dalam operasi perburuan yang dilakukan pasukan Filipina. Sedangkan satu militan lainnya telah ditahan dan dua militan lainnya masih buron.
Di antara militan yang tewas, menurut Barroquillo, terdapat Khadafi Mimbesa yang menggunakan nama samaran "Insinyur". Angkatan Bersenjata Filipina dalam sebuah pernyataannya menyebut Mimbesa sebagai "dalang utama" dalam pengeboman di Marawi.
Barroquillo menyebut Mimbesa awalnya terluka dalam baku tembak antara tentara Filipina dan para militan yang bersembunyi di sebuah peternakan di area pegunungan dekat kota terpencil Piagapo pada akhir Januari lalu.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga 'Kala Karyawan Biro Umrah di Semarang Ditangkap Densus 88':
Sembilan militan, termasuk tiga tersangka pengeboman, tewas dalam baku tembak tersebut.
Mimbesa, seperti diceritakan Barroquillo, berhasil kabur dari baku tembak itu dalam keadaan luka-luka, namun dia meninggal dunia beberapa hari kemudian saat dirawat oleh seorang pendukungnya. Penjelasan Barroquillo itu didasarkan atas laporan intelijen Filipina.
Panglima militer Filipina Jenderal Romeo Brawner, dalam pernyataan terpisah, menyerukan kepada para militan lainnya untuk menyerahkan diri dan "menghindari nasib yang sama seperti rekan-rekan Anda yang telah meninggal".
Rentetan serangan militan terhadap bus, gereja Katolik dan pasar umum setempat telah berlangsung selama beberapa dekade terakhir di wilayah selatan Filipina yang marak dilanda kerusuhan.
Manila menandatangani pakta perdamaian dengan kelompok pemberontak terbesar di negara tersebut, Front Pembebasan Islam Moro, tahun 2014 lalu, yang mengakhiri pemberontakan bersenjata mematikan.
Namun masih ada kelompok-kelompok kecil petempur Muslim yang menentang perjanjian damai itu, termasuk kelompok militan yang mengaku setia pada ISIS.
(nvc/ita)