Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengalami kesulitan pendanaan setelah negara-negara donatur utama menghentikan atau menangguhkan bantuan, menyusul tuduhan Israel bahwa 12 staf lembaga itu terlibat serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (29/1/2024), UNRWA yang memiliki total 30.000 staf itu selama ini menjadi sumber dukungan penting bagi masyarakat di Jalur Gaza. UNRWA berjuang keras untuk membantu warga sipil Palestina yang terdampak perang antara Israel dan Hamas selama beberapa bulan terakhir.
Sejak tuduhan itu, UNRWA telah memecat beberapa stafnya dan berjanji melakukan penyelidikan menyeluruh atas klaim Tel Aviv tersebut. Sementara Israel bersumpah untuk menghentikan aktivitas UNRWA usai perang berakhir di Jalur Gaza nantinya.
Negara-negara yang menjadi donatur utama UNRWA mengumumkan penghentian pendanaan saat ini. Sedikitnya ada 11 negara donatur yang menghentikan pendanaan mereka, seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Australia, Inggris, Italia, Jerman, Austria, Jepang, Finlandia, Belanda dan Swiss.
Negara-negara yang tersebut di atas, menurut data resmi UNRWA, telah menyumbangkan total US$ 667,2 juta (Rp 10,5 triliun) sepanjang tahun 2022.
Angka itu tergolong lebih besar jika dibandingkan dengan dana US$ 496,5 juta (Rp 7,8 triliun) yang disumbangkan oleh negara-negara donatur lainnya.
Negara-negara yang mengumumkan penghentian pendanaan untuk UNRWA selama ini menjadi salah satu sumber bantuan keuangan terbesar untuk badan PBB tesebut. Penangguhan bantuan UNRWA bisa berdampak buruk bagi warga Palestina yang kini menghadapi kondisi kemanusiaan yang mengerikan.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
(nvc/ita)