"Saya merasa protektorat PBB di Gaza bukanlah sebuah solusi. Saya pikir kita memerlukan pendekatan multi-stakeholder di mana berbagai negara dan entitas akan bekerja sama. Bagi Israel, tentu saja AS (Amerika Serikat) adalah penjamin utama keamanannya. Bagi warga Palestina, negara-negara tetangga dan negara-negara Arab di kawasan ini sangat penting," sebutnya.
"Jadi semua pihak perlu bersama-sama membuat kondisi transisi, memungkinkan Otoritas Palestina yang lebih kuat, untuk memikul tanggung jawab di Gaza dan kemudian, berdasarkan hal tersebut, untuk akhirnya mengambil langkah... dengan cara yang pasti dan tidak bisa diubah menuju solusi dua negara berdasarkan prinsip-prinsip yang sebagian besar telah ditetapkan oleh komunitas internasional," ujar Guterres menjabarkan gagasannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perang antara Israel dan Hamas pecah pada 7 Oktober ketika militan Palestina itu menyerbu wilayah Israel bagian selatan. Para militan Hamas menyeberang perbatasan dan melancarkan serangan bersenjata terhadap warga Israel. Serangan itu disertai oleh rentetan tembakan roket dari Jalur Gaza.
Para pejabat Tel Aviv melaporkan bahwa serangan itu menewaskan 1.200 orang dan membuat lebih dari 240 orang lainnya disandera.
Laporan kantor media Hamas yang menguasai Jalur Gaza menyebut sedikitnya 16.248 orang tewas akibat rentetan serangan Israel. Jumlah korban tewas itu mencakup 7.112 anak-anak dan 4.885 wanita.
Sekitar 43.616 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan-serangan Israel. Sementara sedikitnya 7.600 orang lainnya dilaporkan hilang sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada awal Oktober lalu.
Dalam pernyataannya, Netanyahu mengklaim pasukan Israel memiliki keunggulan dalam pertempuran di Jalur Gaza dan bergerak maju dengan baik dalam menghancurkan Hamas. Dia juga menyebut pasukan Israel berhasil membunuh banyak komandan batalion milisi Palestina.
(nvc/ita)