Konflik berdarah antara Hamas dan Israel masih berkecamuk di Jalur Gaza. Orang-orang di Eropa menjadi saling berdebat soal konflik ini.
Polarisasi terjadi di Eropa. Benua Biru yang banyak menjadi tempat tinggal imigran Timur Tengah ini sudah mengalami serentetan isu sensitif pembakaran Alquran dan akhirnya kini harus menerima kenyataan soal kabar-kabar sedih dari Jalur Gaza.
Di Prancis, Presiden Emmanuel Macron bahkan terang-terangan menilai peristiwa yang terjadi di negaranya belum lama ini sebagai terorisme islami. Itu dia katakan merespons penusukan terhadap seorang guru di Arras, kawasan Prancis utara. Guru itu tewas ditikam oleh pemuda 20 tahun dari Chechnya yang tumbuh di Prancis.
"Semua negara Eropa rentan... terorisme Islam memang kembali terjadi," kata Macron, dilansir DW, Selasa (17/10).
Di Schaerbeek, Brussel, Belia, terjadi pembunuhan dua penggemar sepak bola Swedia, Senin (16/10) lalu. Di Rue Van Oost, ada toko Al Khaima tempat polisi menembak pelaku pembunuhan, yakni warga Tunisia 45 tahun bernama Abdesalam L.
Abdesalam L., yang tinggal secara ilegal di Belgia setelah permohonan suakanya ditolak, kemungkinan dimotivasi oleh pembakaran Alquran yang provokatif di Swedia. Dalam video yang diposting di media sosial, pria tersebut mengklaim bahwa dia telah menembak orang Swedia untuk membalas dendam, demikian dilaporkan media Belgia. Menurut kantor berita Reuters,ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu pada Selasa malam di media sosial Telegram.
"Tidak mengherankan, serangan teroris memiliki dampak yang kuat terhadap opini publik di negara-negara tempat serangan tersebut dilancarkan," kata Amelie Godefroidt dari Leuven University di Belgia kepada DW.
"Jadi kami melihat... ada dorongan politik ke kanan," katanya. Kelompok ultra kanan akan meminta lebih banyak kehadiran polisi atau militer di jalan, meminta kebijakan imigrasi yang lebih ketat."
"Namun, dampak jangka panjangnya kurang jelas," katanya menambahkan, karena lonjakan sentimen cenderung bersifat sementara. Godefroidt mengatakan dia khawatir keadaan akan menjadi lebih panas dan kekerasan akan terjadi di kedua belah pihak.
"Di satu sisi, Anda akan mendapatkan tanggapan Islamofobia, pengerasan hati masyarakat Prancis dan Belgia," katanya kepada DW.
"Di sisi lain, memang benar bahwa ada peningkatan ketegangan di pihak politik Islamis. Saya khawatir di tahun-tahun mendatang, kita mungkin melihat polarisasi ini semakin meningkat dan memupuk aksi kekerasan."
Selanjutnya, perdebatan Eropa soal bantuan ke Palestina:
(dnu/dnu)