Kelompok Hamas menyatakan belum ingin merundingkan pertukaran tahanan dengan Israel selama perang masih berlangsung. Sedikitnya 150 orang dilaporkan ditahan atau disandera oleh Hamas sejak serangan besar-besaran dilancarkan ke Israel pada akhir pekan.
Seperti dilansir AFP, Selasa (10/10/2023), pembicaraan potensial soal nasib 150 orang yang ditahan Hamas menjadi semakin mendesak, setelah militan yang menguasai Jalur Gaza itu mengancam akan mengeksekusi sandera jika Israel melancarkan serangan udara tanpa memberi peringatan sebelumnya kepada warga.
Seorang sumber informasi mengatakan kepada AFP bahwa Qatar mempelopori upaya untuk merundingkan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.
Puluhan orang itu diculik dan disandera Hamas saat militan itu menyerbu kota-kota di Israel bagian selatan, pada Sabtu (7/10) waktu setempat, di bawah rentetan serangan roket dari Jalur Gaza ke wilayah Israel.
Pembicaraan mengenai pembebasan puluhan orang yang disandera atau ditahan Hamas, menurut sumber tersebut, telah mencapai 'beberapa kemajuan'.
Namun demikian, salah satu pejabat Hamas Hossam Badran menuturkan kepada AFP bahwa 'tidak ada peluang' untuk merundingkan pertukaran tahanan selama konflik masih berlangsung dengan Israel.
"Operasi militer masih berlanjut... oleh karena itu, saat ini tidak ada peluang untuk negosiasi mengenai masalah tahanan atau hal lainnya," tegas Badran yang berbicara dari Doha, Qatar.
"Misi kami sekarang adalah melakukan segala upaya untuk mencegah pendudukan terus melakukan pembantaian terhadap rakyat kami di Gaza, yang secara langsung menargetkan rumah-rumah warga sipil," ujarnya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan Video 'Pemicu Serangan Hamas Dinilai karena Rencana Damai Arab Saudi-Israel':
(nvc/ita)