Jumlah korban akibat serangan rudal dahsyat di kota Dnipro, Ukraina diperkirakan akan meningkat melampaui 40 orang pada Selasa (17/1), seiring tim penyelamat terus mencari 25 orang yang masih hilang di reruntuhan bangunan. Ini menjadi salah satu serangan paling mematikan di Ukraina sejak Rusia memulai invasinya.
Namun, Kremlin mengklaim pasukannya tidak bertanggung jawab atas serangan rudal itu. Kremlin bahkan menyebut soal teori tidak berdasar yang beredar di media sosial bahwa sistem pertahanan udara Ukraina telah menyebabkan kerusakan tersebut.
"Angkatan bersenjata Rusia tidak menyerang bangunan tempat tinggal atau infrastruktur sosial. Mereka menyerang target militer," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (17/1/2023).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam serangan rudal itu sebagai kejahatan perang.
"Tidak diragukan lagi: setiap orang yang bersalah atas kejahatan perang ini akan diidentifikasi dan diadili," kata Zelensky dalam pidato malamnya pada Senin (16/1) malam waktu setempat.
Layanan darurat memberikan jumlah korban baru di Dnipro yang menyebutkan bahwa tiga anak termasuk di antara mereka yang tewas, dengan 25 orang masih belum ditemukan. Sebanyak 77 orang terluka dalam serangan itu.
"Operasi penyelamatan, penghancuran puing-puing, tidak akan berakhir sampai mayat semua yang tewas ditemukan. Sejauh ini, 40 orang tewas," kata wakil kepala kepresidenan Ukraina, Kyrylo Tymoshenko.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengutuk serangan itu, dengan juru bicaranya mengatakan itu adalah "contoh lain dari dugaan pelanggaran hukum perang".
Simak juga Video: Rusia Rudal Apartemen di Dnipro, Belasan Orang Tewas
(ita/ita)