Pemilihan umum (pemilu) Malaysia mencetak sejarah baru. Pemilu ke-15 (GE15) ini berakhir dengan parlemen gantung, di mana tidak ada satu pun koalisi partai yang mampu meraih mayoritas kursi di parlemen.
Berdasar hasil pemungutan suara yang digelar Sabtu (19/11) kemarin, koalisi Pakatan Harapan (PH) yang dipimpin Anwar Ibrahim memperoleh 82 kursi parlemen. Bersaing ketat dengan Perikatan Nasional yang mengusung mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin yang meraih 73 kursi.
Sementara, koalisi Barisan Nasional yang mengusung Perdana Menteri petahana Ismail Sabri memperoleh 30 kursi. Kemudian Gabungan Parti Sarawak (GPS) memiliki 22 kursi, Gabungan Rakyat Sabah (GRS) enam kursi, Partai Warisan Sabah tiga kursi, Partai Bangsa Malaysia satu kursi dan dua kursi dimenangkan kandidat independen.
Berikut sejumlah hal tentang Pemilu Malaysia:
1. Hadapi Parlemen Gantung
Pemilu Malaysia menghadapi parlemen gantung. Hal itu lantaran tidak ada satu pun koalisi partai yang mampu meraih mayoritas kursi di parlemen.
Untuk memenangi pemilu, partai atau koalisi harus memperoleh mayoritas sederhana atau 112 kursi di parlemen dari 222 kursi yang ada guna membentuk pemerintahan baru.
Kendati demikian, jumlah kursi yang diperebutkan pada hari Sabtu adalah 220, bukan 222. Hal itu menyusul penangguhan pemungutan suara di dua daerah pemilihan karena cuaca buruk dan kematian mendadak seorang kandidat.
2. Koalisi Harus Bangun Aliansi Mayoritas
Dengan gagalnya koalisi utama memenangkan mayoritas kursi, mereka kini harus membangun aliansi mayoritas untuk membentuk pemerintahan.
Dua koalisi dengan suara terbanyak, yakni Pakatan Harapan dan Perikatan Nasional harus bermitra dengan koalisi lain agar mencapai 112 atau lebih kursi di parlemen.
Dengan demikian, mereka baru bisa membentuk pemerintahan dan menjadikan kandidatnya sebagai perdana menteri.
Raja dalam konstitusi Malaysia juga dapat terlibat dalam hal ini lantaran dia memiliki kekuasaan untuk menunjuk Perdana Menteri yang diyakininya dapat memimpin mayoritas.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
(mae/aik)