Presiden Rusia Vladimir Putin absen menghadiri KTT G20 yang berlangsung di Bali, Indonesia. Kehadiran Putin diwakilkan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov.
Mengapa Putin tidak bisa menghadiri langsung KTT G20 Bali? Sejumlah pakar menduga alasan sebenarnya dari ketidakhadiran Putin adalah karena dia tak ingin dipermalukan lagi!
Dilansir kantor berita AFP, Senin (14/11/2022), terakhir kali Putin mendapati dirinya terisolasi di KTT G20 adalah pada tahun 2014 di Brisbane, Australia, segera setelah dia mencaplok Krimea. Saat itu, dia dijauhi oleh para pemimpin dunia lainnya sampai-sampai dia pun pergi lebih awal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Delapan tahun kemudian, setelah meluncurkan invasi ke Ukraina pada Februari dan mengancam Barat dengan senjata nuklir, Putin memilih untuk melewatkan KTT G20 di Bali.
Menurut para pengamat, Kremlin berusaha untuk melindungi pemimpin Rusia berusia 70 tahun itu dari berbagai kecaman di Indonesia. Namun, ketidakhadiran Putin berisiko semakin mengisolasi negara yang telah dihantam deretan sanksi Barat tersebut.
Alexei Malashenko, kepala peneliti di Dialogue of Civilizations Institute, mengatakan bahwa Putin tidak ingin kembali dipermalukan di depan umum, mengingat bahwa pada KTT Brisbane pada tahun 2014, Putin ditempatkan di sisi paling ujung saat sesi foto bersama para pemimpin G20.
"Di KTT, Anda harus berbicara dengan orang-orang dan difoto," kata Malashenko.
"Dan dengan siapa dia akan berbicara dan bagaimana tepatnya dia akan difoto?" cetusnya.
Simak video 'Tak Hadir di KTT G20 Bali, Ini yang Dilakukan Putin':
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:
Terlebih lagi, KTT G20 di Bali pasti akan dibayang-bayangi dengan perang di Ukraina.
Fyodor Lukyanov, seorang pakar kebijakan luar negeri yang dekat dengan Kremlin, mengindikasikan bahwa Putin tidak siap untuk mengalah soal Ukraina.
"Posisinya sudah diketahui, tidak akan berubah. Posisi pihak lain juga diketahui," kata Lukyanov, editor Rusia dalam jurnal Global Affairs. "Apa gunanya pergi?" ujarnya.
Analis politik Konstantin Kalachev mengatakan penolakan Putin untuk melakukan perjalanan ke Bali mencerminkan "rasa buntu" atas Ukraina.
"Dia tidak punya apa-apa untuk dikatakan," kata Kalachev. "Dia tidak memiliki proposal tentang Ukraina yang dapat memuaskan kedua belah pihak," imbuhnya.
Meskipun memobilisasi ratusan ribu pasukan cadangan pada bulan September, angkatan bersenjata Rusia telah mengalami kemunduran demi kemunduran di Ukraina.
Sebelumnya pada bulan September lalu, tentara Rusia harus mundur dari wilayah Kharkiv. Kemudian pada hari Jumat (11/11) lalu, Rusia mengumumkan menarik sekitar 30 ribu pasukannya dari kota pelabuhan strategis Kherson di Ukraina selatan, sebuah pukulan terbaru bagi Kremlin.
(fas/lir)