Pemerintah Pakistan membutuhkan bantuan keuangan internasional untuk mengatasi banjir parah yang melanda negeri itu. Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Pakistan Bilawal Bhutto-Zardari yang juga berharap lembaga keuangan seperti Dana Moneter Internasional (IMF) akan memperhitungkan dampak ekonomi.
Dilansir dari kantor berita Reuters, Senin (29/7/2022), hujan luar biasa lebat telah menyebabkan banjir dahsyat di utara dan selatan negara itu, berdampak pada lebih dari 30 juta orang dan menewaskan lebih dari 1.000 orang.
"Saya belum pernah melihat kehancuran dalam skala ini, saya merasa sangat sulit untuk mengungkapkan dengan kata-kata ... itu luar biasa," kata Bhutto-Zardari dalam sebuah wawancara dengan Reuters, menambahkan banyak lahan tanaman yang siap panen, yang menyediakan banyak mata pencaharian bagi penduduk, telah musnah akibat banjir.
"Jelas ini akan berpengaruh pada situasi ekonomi secara keseluruhan," ujarnya.
Negara Asia Selatan itu sudah berada dalam krisis ekonomi, menghadapi inflasi yang tinggi, mata uang yang terdepresiasi dan defisit transaksi berjalan.
Dewan IMF akan memutuskan minggu ini apakah akan mengeluarkan US$ 1,2 miliar sebagai bagian dari program bailout Pakistan tahap ketujuh dan kedelapan.
"Ke depan, saya berharap tidak hanya IMF, tetapi komunitas internasional dan badan-badan internasional benar-benar memahami tingkat kehancuran ini," katanya.
Menlu Pakistan itu mengatakan bahwa minggu ini pemerintah Pakistan akan meluncurkan seruan yang meminta negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk berkontribusi pada upaya bantuan. Pakistan juga perlu melihat bagaimana akan menangani dampak jangka panjang dari perubahan iklim.
(ita/ita)