Otoritas Meksiko menangkap seorang mantan jaksa agung yang memimpin penyelidikan kontroversial atas hilangnya 43 mahasiswa pada tahun 2014. Peristiwa itu merupakan salah satu tragedi hak asasi manusia terburuk di negara itu.
Dilansir dari kantor berita AFP, Sabtu (20/8/2022), Jesus Murillo Karam adalah tokoh paling senior yang ditahan sejauh ini sehubungan dengan kasus tersebut, yang mengejutkan Meksiko dan menimbulkan kecaman internasional.
Kantor Jaksa Agung menyatakan, Murillo Karam, mantan anggota Partai Revolusioner Institusional (PRI), ditangkap karena kejahatan penghilangan paksa, penyiksaan dan penyelewengan keadilan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PRI, yang sekarang menjadi partai oposisi, mengatakan penahanannya lebih dimotivasi oleh politik daripada keadilan.
"Kami tidak akan tinggal diam di hadapan pemerintah yang menggunakan aparat negara untuk melawan lawan," cuitnya.
Para mahasiswa tersebut tengah menggunakan bus-bus di negara bagian Guerrero untuk melakukan perjalanan ke sebuah aksi demonstrasi di ibu kota Meksiko, Mexico City sebelum mereka hilang.
Penyelidik mengatakan mereka ditahan oleh polisi yang korup dan diserahkan ke kartel narkoba yang mengira mereka sebagai anggota geng saingan, tetapi apa yang sebenarnya terjadi pada mereka telah menjadi perdebatan.
Menurut laporan resmi yang disajikan pada tahun 2015, anggota kartel membunuh para mahasiswa tersebut dan membakar jenazah mereka di tempat pembuangan sampah.
Kesimpulan tersebut ditolak oleh para ahli independen dan kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, serta keluarga korban.
Presiden Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan pada hari Jumat (19/8) bahwa setiap tentara dan pejabat yang terlibat dalam penculikan mahasiswa tersebut harus diadili.
"Mempublikasi situasi yang mengerikan dan tidak manusiawi ini, dan pada saat yang sama menghukum mereka yang bertanggung jawab, membantu mencegah peristiwa menyedihkan ini terjadi lagi dan memperkuat institusi," kata Lopez Obrador.
"Kami mengatakan dari awal bahwa kami akan menyampaikan kebenaran, tidak peduli betapa menyakitkannya itu," katanya kepada wartawan saat berkunjung ke kota perbatasan barat laut Tijuana.
Sebelumnya, Lopez Obrador mengatakan pada bulan Maret lalu, bahwa anggota Angkatan Laut sedang diselidiki karena diduga merusak bukti, terutama di tempat pembuangan sampah di mana sisa-sisa manusia ditemukan, termasuk tiga siswa yang diidentifikasi sejauh ini.
Dia membantah tuduhan para ahli independen bahwa pihak berwenang Meksiko menyembunyikan informasi penting tentang kasus tersebut.