Kelompok pegiat HAM menuduh pasukan Rusia melakukan pemerkosaan sebagai salah satu alat perang di Ukraina. Tuduhan itu telah dibantah oleh Rusia.
Dilansir dari CNN, Sabtu (23/4/2022), kelompok hak asasi manusia dan psikolog Ukraina mengatakan mereka telah bekerja sepanjang waktu untuk menangani semakin banyak kasus pelecehan seksual yang diduga melibatkan tentara Rusia.
Sebuah laporan oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) yang dirilis pada 13 April, menemukan pelanggaran hukum humaniter internasional oleh pasukan Rusia di Ukraina. Mereka mencatat bahwa 'laporan menunjukkan contoh kekerasan berbasis gender terkait konflik, seperti pemerkosaan, kekerasan seksual atau pelecehan seksual'.
"Tentara Rusia melakukan segala yang mereka bisa untuk menunjukkan dominasi mereka, dan pemerkosaan juga merupakan alat di sini," kata psikolog Vasylisa Levchenko yang mendirikan layanan yang menyediakan konseling gratis untuk Ukraina yang menderita trauma terkait perang.
Levchenko mengatakan jaringannya, yang disebut Psy.For.Peace, telah berbicara dengan sekitar 50 wanita dari wilayah Kiev yang mengatakan mereka diserang secara seksual oleh tentara Rusia. Dia mengatakan kelompok itu sedang menangani kasus-kasus termasuk seorang anak berusia 15 tahun dan ibunya yang dilecehkan secara seksual oleh tentara Chechnya pro-Rusia, dan pemerkosaan beramai-ramai terhadap wanita lain oleh tujuh tentara - sementara tahanan Ukraina dipaksa untuk menonton.
"Senjata (pemerkosaan) adalah demonstrasi penghinaan total terhadap rakyat (Ukraina)" kata Levchenko, menambahkan bahwa itu adalah salah satu yang memiliki dampak jauh melampaui korban serangan individu.
"Ada orang yang merasa bersalah karena tidak bisa melakukan apa saja, bersalah karena selamat, karena melihat seseorang sekarat di depan mereka," ujarnya.
Cerita soal pemerkosaan oleh tentara Rusia juga disampaikan oleh warga Ukraina, Andrii Dereko. Dia mengaku memohon kepada putri tirinya yang berusia 22 tahun, Karina Yershova, untuk meninggalkan pinggiran kota tempat tinggalnya ketika pasukan Rusia mendekat.
Tapi, katanya, Yershova bersikeras ingin tetap di Bucha dan berkata 'Jangan bicara omong kosong, semuanya akan baik-baik saja - tidak akan ada perang'.
Saat tentara Rusia mengepung Bucha pada awal Maret, Yershova bersembunyi di sebuah apartemen bersama dua teman lainnya. Pada salah satu kesempatan terakhir Dereko dan istrinya, Olena, mendengar kabar dari Yershova, dia memberi tahu mereka bahwa dia telah meninggalkan apartemen untuk membeli makanan dari supermarket terdekat.
"Kami tidak berpikir bahwa Rusia akan mencapai titik sedemikian rupa sehingga mereka akan menembak warga sipil," katanya.
"Kami semua berharap setidaknya mereka tidak menyentuh wanita dan anak-anak -- tetapi yang terjadi justru sebaliknya," sambungnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan Video 'AS Kirim Drone 'Hantu' Bantu Ukraina, Sekali Senggol Meledak!':
(haf/idh)