Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan "tidak ada pilihan lain" selain melakukan perundingan untuk menghentikan perang dengan Rusia. Meskipun, disebutnya hal itu sulit dilakukan di tengah tanda-tanda bahwa pasukan Rusia mungkin telah melakukan kekejaman terhadap warga sipil di kota Bucha.
Dilansir dari kantor berita Reuters, Rabu (6/4/2022), Zelensky menyebut peristiwa di Bucha "tak termaafkan."
"Kita semua, termasuk saya sendiri, akan menganggap kemungkinan negosiasi sebagai tantangan," kata Zelensky dalam wawancara dengan wartawan Ukraina yang disiarkan di televisi nasional pada Selasa (5/4) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tantangannya adalah internal, pertama-tama, tantangan manusia itu sendiri. Kemudian, ketika Anda menyatukan diri, dan Anda harus melakukannya, saya pikir kita tidak punya pilihan lain," tuturnya.
Wawancara itu dilakukan sehari setelah Zelensky melakukan perjalanan emosional ke Bucha, di pinggiran ibu kota Kiev, di mana para pejabat Ukraina mengatakan mayat-mayat warga sipil telah ditemukan, banyak dari mereka ditembak di pekarangan, jalan, dan rumah-rumah.
Dalam pidato video pada 5 April kepada Dewan Keamanan PBB, Zelensky mendesak dewan untuk mengeluarkan Rusia dari keanggotaan dan meminta pertanggungjawaban penuh atas kejahatan perang yang dilakukan di Ukraina.
Gambar-gambar mengerikan dari mayat-mayat yang dibiarkan tergeletak di tempat terbuka di Bucha tersebut, beberapa dengan tangan terikat di belakang, telah memicu kecaman internasional terhadap Rusia.
Simak Video: Menlu Retno: 32 WNI-Staf KBRI Pilih Tetap Tinggal di Ukraina
Pemerintah Rusia telah membantah keras tuduhan keterlibatan dalam pembantaian di Bucha, dan menyebut gambar mayat-mayat itu "palsu." Namun, citra satelit yang diambil pada pertengahan Maret lalu dan dirilis oleh perusahaan Maxar Technologies tampaknya menunjukkan mayat-mayat tergeletak di jalan-jalan Bucha. Ini berpotensi membantah klaim Rusia bahwa kematian warga sipil terjadi setelah penarikan mundur pasukannya dari kota itu pada 30 Maret.
Wali Kota Bucha Anatoliy Fedoruk mengatakan pembunuhan - yang diperkirakan sekitar 300 warga sipil - adalah "balas dendam atas perlawanan Ukraina."
Kepala NATO Jens Stoltenberg mengatakan gambar kuburan massal dan jalan-jalan yang dipenuhi dengan mayat warga sipil mengungkapkan "kebrutalan tak tertahankan yang belum pernah disaksikan Eropa dalam beberapa dekade". Dia khawatir "lebih banyak kekejaman" masih akan ditemukan di Ukraina.