NATO akan memulai "rencana pertahanan" usai Rusia menyerang Ukraina. Hal ini disampaikan Kepala NATO Jens Stoltenberg.
Dilansir AFP, Kamis (24/2/2022) keputusan untuk mengaktifkan rencana pertahanan ini adalah yang pertama kali dilakukan NATO. Rencana pertahanan NATO tersebut telah disusun pasca invasi Rusia 2014 dan pencaplokan semenanjung Krimea di Ukraina. Rencana ini mencakup 40.000 pasukan reaksi cepat NATO, termasuk 7.00 personel siap siaga yang kebanyakan dari Prancis.
Stoltenberg tidak memaparkan secara rinci bagaimana 'rencana pertahanannya', yang akan memungkinkan pengerahan yang "mencakup seluruh timur aliansi kami" dan yang "memberikan komandan militer kami otoritas lebih luas sesuai pedoman yang ditentukan secara politik".
Stoltenberg juga menyatakan NATO akan mengadakan pertemuan melalui video pada hari Jumat (25/2) untuk membahas invasi Rusia terhadap Ukraina. Pertemuan tersebut juga melibatkan non anggota NATO, yakni Swedia, Finlandia, dan kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Charles Michel.
Namun, Stoltenberg menegaskan bahwa NATO tidak memiliki rencana untuk mengirim pasukan aliansinya langsung ke Ukraina.
Kepala NATO itu mengatakan invasi Rusia akan memiliki "efek jangka panjang" pada hubungan aliansi Barat dengan Rusia dan NATO.
"Kami tidak memiliki semua jawaban hari ini. Tapi itu akan menjadi kenyataan baru. Ini akan menjadi Eropa baru setelah invasi yang kita lihat hari ini," katanya.
Simak Video 'AS Sebut Pasukan Rusia dalam Posisi Siap Tempur':
(izt/ita)