Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz membahas pasokan energi dan perkembangan di Timur Tengah, termasuk di Iran dan Yaman, dalam panggilan telepon pada Rabu (9/2) waktu setempat.
"Kedua pemimpin berkomitmen untuk memastikan stabilitas pasokan energi global," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari kantor berita Reuters, Kamis (10/2/2022).
Raja Salman juga berbicara tentang menjaga keseimbangan dan stabilitas di pasar minyak dan menekankan perlunya mempertahankan perjanjian pasokan OPEC+, kata kantor berita resmi Saudi, SPA.
Pekan lalu, OPEC+ sepakat untuk tetap pada kenaikan moderat dalam produksi minyaknya, dengan kelompok itu berjuang untuk memenuhi target yang ada dan waspada dalam menanggapi seruan soal kapasitasnya untuk lebih banyak minyak mentah dari konsumen utama guna membatasi lonjakan harga.
Menurut para analis, harga minyak mentah global, yang telah menguat sekitar 20 persen tahun ini, kemungkinan akan melampaui US$ 100 per barel karena permintaan yang tinggi. Minyak Internasional Brent ditutup hampir 1 persen lebih tinggi menjadi US$ 91,55 per barel pada Rabu (9/2) waktu setempat.
Harga minyak yang tinggi merupakan risiko bagi pemerintahan Biden menjelang pemilihan kongres pada November mendatang, di mana rekan-rekan Demokratnya akan mempertahankan mayoritas tipis di Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat AS.
Pemerintah AS berusaha menekan harga minyak akhir tahun lalu dengan mengatur penarikan cadangan minyak darurat bersama dengan konsumen besar di Asia, termasuk China, tetapi harga hanya turun sementara.
(ita/ita)