Darah Saudi Mendidih Gegara Raja Salman Dicap 'Teroris' oleh Hizbullah

Darah Saudi Mendidih Gegara Raja Salman Dicap 'Teroris' oleh Hizbullah

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 07 Jan 2022 22:35 WIB
Hizbullah Bersitegang Dengan Saudi, Lebanon Jauhkan Diri
Pidato pemuka Hizbullah di Lebanon (Foto: DW News)
Riyadh -

Pemuka Hizbullah memberi cap 'teroris' kepada Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saudi. Ucapan pemuka Hizbullah itu membuat darah Saudi mendidih.

Dilansir dari DW, Jumat (7/1/2022), pemuka Hizbullah Hassan Nasrallah menuduh Riyadh membantu menyebarkan ideologi ekstremisme Islam ke seluruh dunia. Dia mengatakan ribuan warga Lebanon yang bekerja di kawasan Teluk sebagai 'sandera' Arab Saudi.

Pernyataannya yang disampaikan pada Senin (3/1) di Beirut itu merupakan reaksi atas komentar Raja Salman yang mengajak penduduk Lebanon 'untuk mengakhiri kekuasaan teroris Hizbullah' dalam sebuah pidato pekan lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hizbullah yang sering disebut mewakili kepentingan Iran, merupakan salah satu kekuatan politik dan militer terbesar di Lebanon. Hizbullah tidak hanya aktif di pemerintahan, tetapi juga mendukung agresi militer Iran di negeri jiran.

Perang kata-kata itu berkecamuk ketika pemerintah Lebanon sedang berupaya memulihkan hubungan dengan Arab Saudi. Pihak Saudi menarik duta besarnya di Riyadh dan melarang impor semua jenis produk dari Lebanon pada Oktober 2021 lalu.

ADVERTISEMENT

Kisruh berawal ketika seorang anggota kabinet Lebanon menyerang Arab Saudi soal perang di Yaman. Dalam sebuah wawancara televisi, Menteri Informasi George Kordahi mengatakan konflik tersebut merupakan buah agresi Arab Saudi.

Kordahi akhirnya mengundurkan diri awal Desember silam. Tapi, langkah tersebut urung meredakan ketegangan dengan Riyadh.

Konflik Yaman sendiri menjadi beban hubungan diplomasi. Perang di Teluk Aden itu berawal pada 2014 ketika ibu kota Sanaa direbut pemberontak Houthi yang menguasai kawasan utara Yaman.

Setahun kemudian, koalisi bentukan Arab Saudi melancarkan intervensi berdarah dengan misi memulihkan pemerintahan resmi yang diakui dunia internasional.

Kembali soal pernyataan Nasrallah. Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, menegaskan pandangan pemuka Hizbullah itu tidak mewakili sikap pemerintah atau 'mayoritas penduduk Lebanon'.

Dia mengajak politisi Lebanon ikut mendahulukan kepentingan negara dengan tidak membuat pernyataan 'yang menyesatkan'.

Memangnya, apa yang dikatakan Nasrallah?

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Nasrallah tidak menahan diri ketika menjawab tuduhan Raja Salman. "Yang mulia raja, teroris sesungguhnya adalah mereka yang mengekspor ideologi Wahhabi-Daesh ke seluruh dunia dan mereka adalah Anda," kata Nasrallah merujuk pada Islamic State.

Dia menuduh Arab Saudi mengirimkan gerilyawan ke Suriah dan Irak, serta Yaman. "Teroris adalah siapapun yang menyandera ratusan ribu atau puluhan ribu warga Lebanon dan mengancam pemerintah Lebanon untuk mengusir mereka," pungkasnya dalam pidato di malam peringatan dua tahun kematian Jenderal Iran, Qassem Soleimani, yang dibunuh AS di Baghdad, Irak.

Ketegangan ini sempat memicu keresahan di kalangan warga Lebanon yang bekerja di wilayah Teluk. Usai pidato Nasrallah, Duta Besar Saudi untuk Lebanon, Waleed Bukhari, menyebut pernyataannya sebagai 'kebohongan yang tidak bisa disimpan di dalam kegelapan'.

Bukhari tidak secara langsung menyebut nama Nasrallah, melainkan menggunakan nama Abu Raghal. Nama itu merupakan figur sejarah yang sering dikutip sebagai simbol pengkhianatan.

Saudi Marah

Dubes Arab Saudi untuk Lebanon, Waleed Bukhari, kemudian membalas pernyataan pihak Hizbullah. Dia menyatakan kelompok Hizbullah sebagai ancaman bagi keamanan Arab.

"Riyadh berharap partai-partai politik akan memprioritaskan kepentingan tertinggi Lebanon dan mengakhiri hegemoni teroris Hizbullah atas setiap aspek negara," kata Bukhari dalam sebuah pernyataan kepada AFP.

"Aktivitas teroris Hizbullah dan perilaku militer regional mengancam keamanan nasional Arab," imbuh Bukhari.

Saling tuduh antara kedua pihak terjadi sejak koalisi militer pimpinan Saudi melakukan intervensi membantu pemerintah Yaman melawan kelompok Houthi yang didukung Iran pada tahun 2015. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan konflik Yaman telah menelan ratusan ribu nyawa.

Bulan lalu, Hizbullah menolak klaim Riyadh bahwa pihaknya membantu serangan-serangan oleh pemberontak Houthi di Yaman. Sejak intervensi koalisi di Yaman, Arab Saudi kerap menuduh Iran memasok senjata untuk Houthi dan melatih para anggota Hizbullah.

Teheran telah membantah tuduhan itu, dan Hizbullah sebelumnya juga membantah mengirimkan para petempurnya atau senjata ke Yaman.

Halaman 2 dari 2
(haf/haf)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads