International Updates

Inggris Rekor 58.000 Kasus Corona Sehari, Tornado Tewaskan 50 Orang di AS

Rita Uli Hutapea - detikNews
Sabtu, 11 Des 2021 18:43 WIB
Foto: Getty Images/iStockphoto/Professor25
Jakarta -

Inggris pada hari Jumat (10/12) waktu setempat mencatat jumlah kasus infeksi COVID-19 harian tertinggi sejak Januari. Ini terjadi ketika pemerintah Inggris berusaha untuk memperlambat penyebaran varian baru Corona, Omicron.

Menteri Komunitas Michael Gove mengatakan bahwa negara itu menghadapi "situasi yang sangat mengkhawatirkan" karena varian Omicron menyebar dengan cepat, dengan jumlah kasus berlipat ganda setiap dua hingga tiga hari di Inggris.

Seperti diberitakan kantor berita AFP, Sabtu (11/12/2021), otoritas Inggris melaporkan total 58.194 kasus baru COVID-19 pada hari Jumat (10/12) waktu setempat.

Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Sabtu (11/12/2021):

- Bangladesh Hancurkan 1.000 Toko Rohingya di Kamp Pengungsi

Pihak berwenang Bangladesh menghancurkan sekitar 1.000 toko milik warga Rohingya di kamp-kamp pengungsi. Seorang aktivis hak asasi mengatakan langkah itu akan memiliki "dampak besar" pada mata pencaharian para pengungsi.

Sekitar 850.000 warga Rohingya ditempatkan di dalam 34 kamp pengungsi di seluruh Bangladeshi, yang sebagian besar melarikan diri dari tindakan keras militer tahun 2017 di negara tetangga Myanmar.

Bangladesh dipuji karena menerima para pengungsi tersebut, tetapi kelompok-kelompok hak asasi mengkritik pihak berwenang atas pembatasan di kamp-kamp dan relokasi kontroversial ribuan warga Rohingya ke pulau terpencil yang rawan banjir.

- China Sebut Demokrasi AS 'Senjata Pemusnah Massal'

Pemerintah China mencap demokrasi Amerika Serikat (AS) sebagai "senjata pemusnah massal". Hal ini disampaikan menyusul KTT Demokrasi yang diselenggarakan AS yang bertujuan untuk menopang para sekutu yang berpikiran sama dalam menghadapi rezim otokratis.

China tidak diundang dari KTT virtual selama dua hari itu, beserta negara-negara lain termasuk Rusia dan Hongaria. Atas hal tersebut, China menanggapi dengan marah dan menuduh Presiden AS Joe Biden memicu perpecahan ideologis era Perang Dingin.

"'Demokrasi telah lama menjadi 'senjata pemusnah massal' yang digunakan AS untuk campur tangan di negara lain," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan online, seperti diberitakan kantor berita AFP, Sabtu (11/12/2021).

- Ledakan Guncang Kamp Pengungsi Palestina di Lebanon

Ledakan mengguncang depot penyimpanan di sebuah kamp pengungsi Palestina di Lebanon selatan. Sejumlah orang terluka dalam insiden itu.

Simak juga 'Belajar dari Inggris, Epidemiolog Imbau Anak Harus Segera Divaksinasi':






(ita/ita)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork