Kondisi infeksi virus Corona di Eropa kian parah. Seperti terjadi di Belanda, yang terpaksa mengungsikan pasien COVID-19 ke Jerman karena rumah sakit tak kuat lagi menampung pasien.
Dilansir Reuters dan Channel News Asia, Rabu (24/11/2021), otoritas kesehatan Belanda menyatakan, seorang pasien telah dipindahkan dengan ambulans dari Rotterdam ke sebuah rumah sakit di Bochum, Jerman. Kedua daerah itu berjarak 240 km.
Transfer pasien itu dilakukan pada Selasa (23/11) pagi waktu setempat. Satu pasien lainnya akan menyusul dikirim ke Jerman di hari yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tekanan Rumah Sakit Meningkat
Jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit Belanda telah membengkak ke level tertinggi sejak Mei dalam beberapa pekan terakhir. Sementara itu, diperkirakan akan terus meningkat karena jumlah kasus infeksi melonjak ke level rekor.
Sejauh ini, rumah sakit di Jerman telah menawarkan 20 tempat tidur untuk pasien Corona dari Belanda. Pada lonjakan kasus Corona sebelumnya, rumah sakit di Jerman telah merawat puluhan pasien dari Belanda.
Hingga hari Senin (22/11) waktu setempat, 470 dari total 1.050 tempat tidur perawatan intensif (ICU) di Belanda digunakan untuk pasien COVID-19. Rumah sakit banyak yang mengurangi perawatan rutin, termasuk perawatan kanker dan operasi jantung. Hal itu dilakukan untuk mengamankan ruang yang cukup bagi pasien COVID-19.
Belanda Lakukan Pembatasan
Guna mencegah penyebaran virus Corona, otoritas Belanda telah berencana memberlakukan pembatasan lebih lanjut. Akan tetapi, rencana tersebut memicu kerusuhan tiga malam mulai Jumat (19/11) lalu.
Dalam peristiwa itu lebih dari 170 orang telah ditangkap. Penangkapan dilakukan di kota-kota di seluruh negeri.
Rencana pemerintahan Belanda itu termasuk membatasi akses ke banyak tempat umum untuk orang-orang yang telah divaksinasi atau baru saja pulih dari COVID-19. Namun demikian, masih belum jelas apakah pemerintah akan mendapatkan dukungan mayoritas untuk menjadikannya sebagai undang-undang.
Kerusuhan Anti-Lockdown Belanda
Massa menggelar unjuk rasa menyusul pengumuman lockdown parsial selama tiga pekan pada Jumat (12/11). Kerusuhan pun tak terelakkan di tengah gelombang demonstrasi anti-lockdown itu.
Pemerintah Belanda menerapkan aturan karantina wilayah secara parsial di tengah melonjaknya kasus Corona. Di mana dalam sehari kasus menembus 16.000.
Kasus Melonjak
Jumlah kasus harian Corona pada Sabtu (20/11), bahkan lebih dari 21.000. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak pandemi di negara itu.
Lockdown parsial tersebut membuat toko-toko non-esensial di Belanda diwajibkan tutup pada pukul 18.00. Restoran, bar, kafe dan toko esensial seperti supermarket harus ditutup pukul 20.00.
Warga juga tetap diharuskan memakai masker ketika beraktivitas di dalam ruangan.