Korea Utara (Korut) mengklaim sukses menguji coba rudal balistik terbaru yang diluncurkan dari kapal selam. Seorang menteri senior Taliban di Afghanistan melontarkan pujian untuk para pengebom bunuh diri.
Otoritas Korut menyebut uji coba terbaru itu bisa meningkatkan kemampuan operasional bawah laut pada Angkatan Laut Korut. Disebutkan juga bahwa rudal balistik terbaru itu memiliki 'banyak teknologi panduan kontrol canggih'.
Sementara di Afghanistan, tokoh senior Taliban, Sirajuddin Haqqani, yang menjabat Menteri Dalam Negeri memuji pengorbanan para pengebom bunuh diri saat menemui keluarga pengebom bunuh diri di sebuah hotel di Kabul. Dia juga menjanjikan bantuan uang dan tanah untuk keluarga pengebom bunuh diri yang ditemuinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Rabu (20/10/2021):
- Korut Klaim Sukses Uji Coba Rudal Balistik Terbaru dari Kapal Selam
Korea Utara (Korut) mengklaim sukses menguji coba tipe terbaru rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam. Uji coba itu disebut bisa meningkatkan kemampuan operasional bawah laut militer Korut.
Seperti dilansir Associated Press dan AFP, Rabu (20/10/2021), uji coba rudal yang dilakukan Korut pada Selasa (19/10) waktu setempat itu merupakan peluncuran rudal kelima sejak September lalu. Uji coba itu diketahui merupakan yang pertama untuk jenis rudal balistik kapal selam (SLBM) dalam dua tahun terakhir.
"(Uji coba ini) Akan sangat berkontribusi untuk menempatkan teknologi pertahanan negara dalam level tinggi dan untuk meningkatkan kemampuan operasional bawah laut Angkatan Laut kami," demikian laporan kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA).
- Menteri Taliban Puji Pengebom Bunuh Diri di Afghanistan
Salah satu tokoh paling senior dalam pemerintahan Taliban di Afghanistan melontarkan pujian untuk para pengebom bunuh diri. Pujian itu disampaikan saat tokoh senior Taliban itu menemui keluarga pengebom bunuh diri di Kabul, yang disebutnya sebagai para 'martir'.
Seperti dilansir AFP, Rabu (20/10/2021), Sirajuddin Haqqani yang menjabat Menteri Dalam Negeri Afghanistan bertemu keluarga para pengebom bunuh diri di sebuah hotel mewah di Kabul. Tidak diketahui secara jelas keluarga pengebom bunuh diri yang ditemui Haqqani ini terkait serangan bom yang mana.
Haqqani sendiri ditetapkan sebagai teroris oleh Amerika Serikat (AS), dengan imbalan US$ 10 juta untuk penangkapannya.
- Penculik Misionaris AS-Kanada di Haiti Minta Tebusan Rp 14 M Per Orang
Geng kriminal di Haiti yang menculik sekelompok misionaris asal Amerika Serikat (AS) dan Kanada meminta uang tebusan sebesar US$ 1 juta (Rp 14 miliar) untuk masing-masing orang. Ini berarti penculik meminta uang tebusan total US$ 17 juta (Rp 239 miliar) untuk seluruh misionaris yang diculik sejak akhir pekan lalu.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (20/10/2021), Menteri Kehakiman Haiti, Liszt Quitel, menuturkan kepada Reuters bahwa pembicaraan tengah berlangsung dengan para penculik untuk mengupayakan pembebasan 17 misionaris AS dan Kanada yang diculik oleh geng kriminal bernama 400 Mawozo itu.
Quitel mengonfirmasi besaran uang tebusan yang diminta penculik. Uang tebusan itu pertama dilaporkan oleh media terkemuka AS, Wall Street Journal (WSJ).
- Bentrok dengan Polisi Israel di Yerusalem, 22 Warga Palestina Ditangkap
Warga Palestina kembali terlibat bentrok dengan polisi Israel di luar Kota Tua, Yerusalem, saat ribuan orang memperingati Maulid Nabi. Puluhan orang ditangkap dalam bentrokan ini.
Seperti dilansir Associated Press, Rabu (20/10/2021), Kepolisian Israel dalam pernyataannya menyebut warga Palestina melemparkan batu ke arah polisi dan bus-bus umum di dekat Gerbang Damaskus menuju Kota Tua pada Selasa (19/10) waktu setempat.
Disebutkan Kepolisian Israel bahwa 22 tersangka ditangkap dalam bentrokan itu.
- Presiden Brasil Terancam Didakwa Pembunuhan Massal terkait Pandemi Corona
Para Senator Brasil yang memimpin penyelidikan terhadap penanganan pandemi virus Corona (COVID-19) merekomendasikan agar Presiden Jair Bolsonaro didakwa atas pembunuhan massal terkait dugaan kesalahan penanganan Corona yang menyebabkan kematian ribuan orang.
Seperti dilansir Reuters dan CNN, Rabu (20/10/2021), Bolsonaro menolak penyelidikan itu dengan menyebutnya didasari motif politik. Diketahui bahwa kecil kemungkinan Bolsonaro akan menghadapi persidangan untuk dakwaan semacam itu, yang harus diajukan oleh Jaksa Agung Brasil yang ditunjuk Bolsonaro.
Rekomendasi itu terungkap dalam dokumen setebal 1.200 halaman yang dipersiapkan Senator Renan Calheiros dari oposisi pemerintah Brasil untuk komisi Senat yang menyelidiki Bolsonaro. Disebutkan dokumen itu bahwa Bolsonaro menolak peluang awal untuk mendapatkan vaksin dan menunda program vaksinasi.
Disebutkan juga dalam dokumen itu bahwa pendekatan 'sembrono' pemerintah Brasil terhadap pandemi telah mengekspose warga Brasil terhadap 'risiko nyata penularan massal'. Poin lainnya menyoroti dugaan 'niat untuk mengimunisasi populasi melalui kontaminasi alami'.