Ultimatum Palestina Dijawab Israel dengan Khayalan

Round-Up

Ultimatum Palestina Dijawab Israel dengan Khayalan

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 25 Sep 2021 20:12 WIB
Palestinian President Mahmoud Abbas via remote addresses the 76th Session of the U.N. General Assembly at United Nations headquarters in New York, on Friday, Sept. 24, 2021. ( John Angelillo /Pool Photo via AP)
Ultimatum terhadap Israel disampaikan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, dalam Sidang Umum PBB (Foto: John Angelillo /Pool Photo via AP)
Jakarta -

Palestina memberikan ultimatum kepada Israel untuk menarik diri dari wilayah kependudukan dalam waktu setahun. Namun, Israel merespon 'enteng' ultimatum tersebut, bagaimana jawabannya?

Awalnya Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, memberikan ultimatum kepada Israel untuk menarik diri dari wilayah pendudukan dalam waktu setahun. Jika Israel tidak memenuhi ultimatum itu, Abbas menegaskan dirinya tidak akan lagi mengakui negara Yahudi itu berdasarkan perbatasan pra-1967.

Seperti dilansir AFP, Sabtu (25/9/2021), seruan keras Abbas itu disampaikan saat berpidato secara virtual dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada Jumat (24/9) waktu setempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pidatonya, Abbas awalnya menyerukan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres, untuk 'menggelar konferensi perdamaian dunia'. Namun dia juga memberikan ultimatum untuk Israel.

"Kita harus menyatakan bahwa Israel, kekuatan pendudukan, memiliki satu tahun untuk menarik diri dari wilayah Palestina yang diduduki pada tahun 1967, termasuk Yerusalem Timur," tegas Abbas dalam ultimatumnya.

ADVERTISEMENT

Abbas menambahkan bahwa Palestina siap 'bekerja sepanjang tahun' untuk menyelesaikan status akhir negara Israel dan Palestina 'sesuai dengan resolusi PBB'.

"Jika ini tidak tercapai, mengapa mempertahankan pengakuan Israel berdasarkan perbatasan tahun 1967?" ucapnya.

Dalam pidato yang disampaikan secara virtual ini, Abbas berbicara dengan latar belakang gambar Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, yang sering menjadi lokasi bentrokan warga Palestina dan Israel, dan serangkaian peta wilayah yang menunjukkan ekspansi Israel selama beberapa dekade perang dan konflik.

Selengkapnya halaman berikutnya


Lebih lanjut, Abbas menyatakan bahwa Palestina juga akan membawanya ke Mahkamah Internasional 'mengenai masalah legalitas pendudukan tanah negara Palestina'. Proses perdamaian untuk mencapai solusi dua negara antara Palestina dan Israel mengalami kebuntuan selama bertahun-tahun.

Dalam pidato bernada keras yang tidak biasa ini, Abbas juga menuduh Israel melakukan praktik 'apartheid' dan 'pembersihan etnis' -- istilah yang jarang digunakan oleh pemimpin berusia 85 tahun tersebut.

"Jika otoritas pendudukan Israel terus terbenam dalam realita satu negara apartheid seperti yang terjadi saat ini, rakyat Palestina dan seluruh dunia tidak akan mentoleransi situasi semacam itu," tegas Abbas seperti dilansir Associated Press.

"Situasi di lapangan pasti akan memaksakan hak-hak politik yang setara dan penuh untuk semua orang di tanah bersejarah Palestina, dalam satu negara," imbuhnya.

Solusi satu negara, yang populer di kalangan sejumlah aktivis Israel dan Palestina, akan berarti berakhirnya Israel sebagai negara mayoritas Yahudi. Tidak ada partai besar di Israel maupun Palestina yang mendukung hasil tersebut.


Diberi Ultimatum Tinggalkan Wilayah Palestina, Begini Respons Israel

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, memberikan ultimatum kepada Israel untuk meninggalkan wilayah pendudukan dalam waktu setahun. Seperti apa respons Israel terhadap ultimatum itu?

Seperti dilansir AFP dan Associated Press, Sabtu (25/9/2021), Abbas meng-ultimatum Israel untuk menarik diri dari wilayah pendudukan dalam waktu setahun. Jika Israel tidak memenuhi ultimatum itu, Abbas menegaskan dirinya tidak akan lagi mengakui negara Yahudi itu berdasarkan perbatasan pra-1967.

Ultimatum itu disampaikan Abbas dalam pidato bernada keras secara virtual saat forum Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Dalam tanggapannya, otoritas Israel terkesan menganggap enteng ultimatum Abbas tersebut. Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, bahkan menyebut bahwa dengan ultimatum itu, Abbas telah 'membuktikan sekali lagi bahwa dia tidak lagi relevan'.

"Mereka yang benar-benar mendukung perdamaian dan perundingan tidak mengancam dengan ultimatum khayalan dari platform PBB seperti yang dia lakukan dalam pidatonya," sebut Erdan dalam pernyataannya, merujuk pada Abbas.

Abbas dalam pidatonya juga menyatakan bahwa Palestina akan membawa persoalan 'mengenai masalah legalitas pendudukan tanah negara Palestina' ke Mahkamah Internasional.

Israel mencaplok Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza -- wilayah yang diinginkan Palestina menjadi bagian negara mereka di masa depan -- dalam perang tahun 1967 dengan negara-negara Arab. Israel kemudian menganeksasi Yerusalem Timur dalam langkah yang tidak diakui secara internasional.

Tahun 2005, Israel menarik pasukannya dari Jalur Gaza. Kemudian kelompok Hamas memenangkan pemilu parlemen setahun kemudian dan merebut Gaza dari pasukan pemerintah Palestina dalam perebutan kekuasaan tahun 2007.

Selama bertahun-tahun, Israel memberikan berbagai tawaran yang disebut akan memberikan kemerdekaan kepada Palestina di sebagian besar wilayahnya. Namun Palestina yang selalu berada di posisi lebih lemah dalam perundingan, menyatakan setiap proposal Israel gagal memberikan status negara sepenuhnya dan tidak menyelesaikan masalah inti lainnya, seperti nasib pengungsi Palestina dan status Yerusalem.

Halaman 2 dari 3
(yld/fas)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads