Jakarta -
Perburuan lumba-lumba di Kepulauan Faroe kini menjadi perhatian internasional. Pasalnya, 1.400 lebih mamalia itu dibunuh dalam satu hari yang diyakini memecahkan rekor tangkapan sepanjang massa.
Dirangkum detikcom, Sabtu (18/9/2021), kumpulan lumba-lumba bersisi putih (white-sided dolphin atau leucopleurus acutus) didorong dari tengah laut ke daerah sempit di pinggir laut di antara tebing atau bukit terjal wilayah Atlantik Utara, Minggu (12/9).
Perahu menggiring lumba-lumba ke perairan dangkal di pantai Skalabotnur di Eysturoy, di mana kemudian dibantai dengan pisau secara massal. Lalu, tubuh lumba-lumba ditarik ke darat dan dibagikan kepada penduduk setempat untuk dikonsumsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari rekaman perburuan, lumba-lumba terlihat meronta-ronta di perairan dangkal yang memerah karena darah saat ratusan orang menonton dari pantai.
Perburuan mamalia laut, terutama paus, adalah tradisi yang telah dipraktikkan selama ratusan tahun di Kepulauan Faroe yang terpencil. Perburuan mamalia laut dikenal sebagai grind atau Grindadrap dalam bahasa Faroe.
Lumba-lumba sisi putih ditangkap dalam jumlah yang lebih rendah, seperti 35 pada tahun 2020 dan 10 pada tahun 2019. Pemerintah Faroe mengatakan rata-rata sekitar 600 paus pilot ditangkap setiap tahun.
Kelompok pendukung penangkapan mamalia laut, perburuan paus adalah cara berkelanjutan untuk mengumpulkan makanan dari alam dan bagian penting dari identitas budaya Faroe. Di sisi lain, aktivis hak-hak hewan telah lama tidak setuju, menganggap pembantaian itu kejam dan tidak perlu.
Perburuan lumba-lumba, Minggu (12/8), tidak berbeda, karena kelompok konservasi internasional mengepung para pemburu untuk mengutuk pembantaian itu. Namun skala pembunuhan di pantai Skalabotnur mengejutkan banyak penduduk setempat bahkan menuai kritik dari kelompok-kelompok yang terlibat dalam praktik tersebut.
Simak juga video 'Heboh Lumba-lumba Dibonceng Naik Motor di Bima':
[Gambas:Video 20detik]
Simak selengkapnya, di halaman selanjutnya:
Ahli biologi kelautan dari Kepulauan Faroe, Bjarni Mikkelsen, mengatakan jumlah lumba-lumba yang dibunuh Minggu lalu adalah rekor terbesar dalam satu hari di Kepulauan Faroe, wilayah otonomi Denmark. Dia mengatakan rekor sebelumnya adalah 1.200 pada tahun 1940.
Tangkapan terbesar berikutnya adalah 900 pada tahun 1879, lalu 856 lumba-lumba pada tahun 1873, dan 854 ekor pada tahun 1938, kata Mikkelsen. Dalam sebuah wawancara dengan BBC, ketua Asosiasi Pemburu Ikan Paus Faroese, Olavur Sjurdarberg, mengakui bahwa pembunuhan itu berlebihan.
 Tradisi sembelih ikan paus di Faroe (Getty Images/iStockphoto) |
"Itu adalah kesalahan besar," kata Sjurdarberg, yang tidak ikut berburu. "Ketika kumpulan ditemukan, mereka memperkirakan hanya 200 lumba-lumba."
Hanya ketika proses pembantaian dimulai, mereka baru mengetahui jumlah kumpulan yang sebenarnya, katanya. "Seharusnya ada yang tahu lebih baik," katanya. "Kebanyakan orang terkejut dengan apa yang terjadi."
Meski begitu, menurut Sjurdarberg, penangkapan itu disetujui oleh otoritas setempat dan tidak ada hukum yang dilanggar. Perburuan semacam itu diatur di Kepulauan Faroe, merupakan bentuk non-komersial dan diorganisir pada tingkat komunitas, seringkali secara spontan ketika seseorang melihat sekumpulan mamalia laut.
Untuk mengambil bagian, pemburu harus memiliki sertifikat pelatihan resmi yang membuat mereka memenuhi syarat untuk membunuh hewan.
Meski demikian, membunuh lumba-lumba sisi putih adalah tindakan "legal tapi tidak populer", kata Sjurdur Skaale, anggota parlemen Denmark untuk Kepulauan Faroe.
Simak selengkapnya, di halaman selanjutnya:
Perburuan melibatkan tombak yang dirancang khusus, yang digunakan untuk memotong sumsum tulang belakang paus atau lumba-lumba sebelum lehernya dipotong. Dengan menggunakan metode ini, dibutuhkan "kurang dari satu detik untuk membunuh seekor paus", kata Skaale.
Survei menunjukkan bahwa kebanyakan orang menentang pembantaian massal lumba-lumba di Kepulauan Faroe. Pada Minggu (12/9), reaksi nasional adalah "kebingungan dan keterkejutan karena jumlah yang luar biasa besar", kata Trondur Olsen, seorang jurnalis untuk penyiar publik Faroe Kringvarp Foroya.
"Kami melakukan jajak pendapat singkat kemarin menanyakan apakah kami harus terus membunuh lumba-lumba ini. Lebih dari 50% mengatakan tidak, dan lebih dari 30% mengatakan ya," katanya.
Sebaliknya, katanya, jajak pendapat terpisah menunjukkan bahwa 80% mengatakan mereka ingin melanjutkan pembunuhan paus pilot.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini