Terjadi pertumpahan darah di Myanmar. Belasan warga desa tewas oleh operasi militer rezim Jenderal Min Aung Hlaing.
Pengumuman pemerintahan bayangan menghadapi junta militer menjadi awal cerita. Pemerintahan bayangan ini dibentuk oleh Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), grup yang berlawanan arah terhadap rezim junta militer. Aung San Suu Kyii ada di NUG.
Diberitakan AFP, Plt Presiden NUG, Duwa Lashi La pada hari Selasa (7/9) mendesak warga untuk menargetkan aset-aset militer di daerah mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami meluncurkan perang defensif rakyat melawan junta," katanya dalam rekaman video.
"Semua warga di dalam... Myanmar memberontak melawan para teroris militer yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing," cetusnya.
Lihat juga video 'Oposisi Myanmar Deklarasikan Perang Lawan Junta Militer':
Selanjutnya, respons junta militer terhadap NUG:
Pada awal Mei lalu, NUG mengumumkan pembentukan "pasukan pertahanan rakyat" untuk menghadapi pasukan junta yang bersenjata lengkap dan tangguh, tetapi mereka belum memiliki dampak yang besar.
Respons junta militer
Rezim junta militer menganggap NUG adalah teroris. Otoritas militer dikenal sebagai Dewan Administrasi Negara (SAC) menilai NUG sedang membawa Myanmar menuju kondisi hancur lebur.
Juru bicara junta Myanmar, Zaw Min Tun menuduh NUG mencari perhatian menjelang Sidang Umum PBB di New York minggu depan, yang akan mempertimbangkan apakah junta atau pemerintah bayangan yang akan mewakili Myanmar.
"Kelompok teroris menyadari bahwa mereka hampir gagal. Itu sebabnya mereka terus berupaya untuk menarik perhatian internasional," kata Zaw Min Tun dalam sebuah pernyataan.
Operasi militer berdarah
Setidaknya 17 warga desa di Myanmar dipastikan tewas setelah pasukan junta militer melancarkan operasi di desa-desa dalam upaya memerangi pasukan pertahanan sipil di wilayah Magway, Myanmar tengah pekan ini. Para korban tewas sebagian besar adalah remaja.
Selanjutnya, militer memakai artileri berat sedangkan anak-anak desa memakai senapan rakitan:
Media lokal, Myanmar Now melaporkan bahwa pertempuran di desa Myin Thar tersebut dimulai pada hari Kamis (9/9) dan setidaknya 13 penduduk desa dengan pasukan pertahanan sipil dan empat non-kombatan tewas oleh pasukan junta dalam pertempuran itu.
Seperti diberitakan DPA dan The Star, menurut laporan media-media lokal, para korban kebanyakan adalah remaja - 12 orang berusia di bawah 18 tahun - yang telah bergabung dengan pasukan pertahanan sipil untuk melawan junta militer.
"Itu dimulai pada Kamis (9/9) dan kami mengumpulkan mayat-mayat itu kemarin," kata seorang penduduk desa kepada DPA melalui telepon.
"Mereka menggunakan artileri berat dan senjata api untuk membunuh, tetapi pasukan pertahanan desa hanya memiliki senapan rakitan. Mereka juga membakar rumah-rumah di desa dan menggertak para tetua desa, wanita dan anak-anak yang berlindung di biara dekat desa," ujar warga tersebut.
Myanmar telah berada dalam kekacauan politik sejak militer melancarkan kudeta pada 1 Februari. Kudeta tersebut telah memicu perlawanan luas, yang mendapat tanggapan keras oleh militer, menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.