Setidaknya 17 warga desa di Myanmar dipastikan tewas setelah pasukan junta militer melancarkan operasi di desa-desa dalam upaya memerangi pasukan pertahanan sipil di wilayah Magway, Myanmar tengah pekan ini. Para korban tewas sebagian besar adalah remaja.
Insiden mematikan itu terjadi dua hari setelah seruan pemberontakan nasional oleh Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang mengklaim mewakili pemerintah terpilih yang digulingkan setelah kudeta militer pada Februari lalu.
Media lokal, Myanmar Now melaporkan bahwa pertempuran di desa Myin Thar tersebut dimulai pada hari Kamis (9/9) dan setidaknya 13 penduduk desa dengan pasukan pertahanan sipil dan empat non-kombatan tewas oleh pasukan junta dalam pertempuran itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diberitakan DPA dan The Star, menurut laporan media-media lokal, para korban kebanyakan adalah remaja - 12 orang berusia di bawah 18 tahun - yang telah bergabung dengan pasukan pertahanan sipil untuk melawan junta militer.
"Itu dimulai pada Kamis (9/9) dan kami mengumpulkan mayat-mayat itu kemarin," kata seorang penduduk desa kepada DPA melalui telepon.
"Mereka menggunakan artileri berat dan senjata api untuk membunuh, tetapi pasukan pertahanan desa hanya memiliki senapan rakitan. Mereka juga membakar rumah-rumah di desa dan menggertak para tetua desa, wanita dan anak-anak yang berlindung di biara dekat desa," ujar warga tersebut.
Myanmar telah berada dalam kekacauan politik sejak militer melancarkan kudeta pada 1 Februari. Kudeta tersebut telah memicu perlawanan luas, yang mendapat tanggapan keras oleh militer, menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
Simak juga 'Oposisi Myanmar Deklarasikan Perang Lawan Junta Militer':