Amerika Serikat (AS) memperingati 20 tahun serangan teroris 11 September 2001 atau 9/11 pada akhir pekan ini. Namun, kasus yang menjerat lima tersangka yang dituduh merencanakan serangan 9/11 masih mandek tanpa kejelasan.
Seperti dilansir CNN, Sabtu (11/9/2021), sidang praperadilan untuk kelima tersangka yang mendekam di penjara Teluk Guantanamo, Kuba, kembali digelar mulai Selasa (7/9) lalu. Sidang itu menjadi yang pertama digelar secara langsung dalam 1,5 tahun terakhir karena adanya pandemi virus Corona (COVID-19).
Namun diketahui bahwa kasus yang dimaksudkan untuk menegakkan keadilan bagi nyaris 3.000 korban tewas serangan 9/11 ini terhambat oleh pergantian personel pengadilan, terutama hakim persidangan, dan puluhan mosi luar biasa yang diajukan.
Pada pekan pertama sidang praperadilan langsung sejak Februari 2020, tim kuasa hukum menghabiskan waktu dalam persidangan untuk menanyai hakim soal pengalaman dan pemahaman mereka soal berbagai masalah dalam kasus yang molor bertahun-tahun ini, termasuk soal penyiksaan dan hukuman mati.
Dalam sidang terakhir minggu ini, yang digelar Jumat (10/9) waktu setempat, kuasa hukum memperdebatkan salah satu mosi soal bukti apa yang akan didapatkan kuasa hukum terdakwa dari pemerintah AS terkait masa-masa yang dihabiskan terdakwa dalam tahanan CIA di beberapa lokasi yang dirahasiakan, yang dikenal sebagai 'black sites', pada awal tahun 2000-an lalu.
Kelima tersangka, termasuk Khalid Sheikh Mohammed yang disebut sebagai dalang utama serangan 9/11, telah mendekam di penjara Guantanamo sejak tahun 2006 lalu.
Kelimanya resmi dijerat dakwaan tahun 2012 saat masa kepresidenan Barack Obama, namun kasusnya berlarut-larut selama bertahun-tahun. Mulai dari adanya pergantian tim kuasa hukum dan jaksa penuntut, juga hakim yang memimpin persidangan, hingga perdebatan soal bukti-bukti.
Simak Video: Kenang Tragedi 9/11, Biden: Berusaha Membahayakan AS, Kami Buru!
(nvc/idh)