Dua politikus kelas berat, Malaysia Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim mengesampingkan permusuhan lama, dan bergabung dengan aksi protes oposisi untuk menentang penutupan parlemen dan menuntut pengunduran diri perdana menteri negara itu.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Senin (2/8/2021), hari terakhir sidang parlemen, yang dijadwalkan berlangsung Senin (2/8) ini, telah dibatalkan setelah ditemukannya beberapa kasus infeksi Corona di badan legislatif itu.
Namun, oposisi menuduh Perdana Menteri (PM) Muhyiddin Yassin menggunakan COVID-19 sebagai alasan untuk menghindari mosi tidak percaya yang dapat menyebabkan jatuhnya pemerintahannya yang dilanda krisis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sidang parlemen, yang dimulai pekan lalu, adalah yang pertama tahun ini setelah kegiatan politik ditangguhkan di bawah keadaan darurat, untuk memerangi wabah Corona yang bertambah parah.
Pada hari Senin (2/8), Mahathir dan Anwar berdiri berdampingan di depan sekelompok sekitar 100 anggota parlemen sebelum mereka mencoba berdemo berjalan menuju parlemen.
Hubungan bergejolak kedua tokoh itu telah lama membayangi politik Malaysia, dan jarang melihat mereka bersama sejak runtuhnya pemerintahan koalisi mereka tahun lalu di tengah pertikaian.
"Bahkan ketika orang mengutuk (Muhyiddin) dia tetap tidak tahu malu dan menolak untuk mundur," kata Mahathir (96) kepada wartawan di alun-alun bersejarah Kuala Lumpur.
Lihat juga Video: Mahathir Mohamad Dirikan Partai Baru untuk Melayu dan Pribumi
Anwar mengatakan bahwa pemerintahan Muhyiddin telah "kehilangan legitimasinya", dan dia tidak lagi mendapat dukungan mayoritas di parlemen.
"Kami memprotes hari ini karena kami ingin melindungi rakyat," tambahnya.
Para anggota parlemen yang meneriakkan "Mundur Muhyiddin", dihentikan oleh polisi ketika mereka berusaha mencapai parlemen. Mereka akhirnya membubarkan diri secara damai.
Pada akhir 1990-an, selama tugas pertamanya sebagai perdana menteri, Mahathir memecat Anwar dari pemerintahan, dan dia kemudian dipenjara karena sodomi dan penyalahgunaan kekuasaan dalam sebuah kasus yang disebut-sebut bermotif politik.
Mereka kemudian berdamai untuk memimpin aliansi oposisi menuju kemenangan pemilihan bersejarah pada tahun 2018. Namun, kemudian keduanya kembali berseteru.
Ketegangan politik meningkat, dengan Muhyiddin menghadapi seruan baru untuk mundur setelah raja menegur pemerintahannya karena menyesatkan parlemen terkait pencabutan keadaan darurat. Bahkan pada Sabtu (31/7), ratusan warga Malaysia menggelar aksi demo antipemerintah yang jarang terjadi.
Keadaan darurat secara resmi berakhir pada hari Minggu (1/8), meskipun lockdown (penguncian) nasional masih tetap berlaku.