PBB Serukan Rekonsiliasi dengan Rohingya, Junta Myanmar Geram

PBB Serukan Rekonsiliasi dengan Rohingya, Junta Myanmar Geram

Novi Christiastuti - detikNews
Kamis, 15 Jul 2021 10:33 WIB
Aung San Suu Kyi  ditahan militer, masa partainya berkuasa ribuan warga Rohingya tepaksa meninggalkan kampung halamanya, simak lagi foto-fotonya.
warga Rohingya di Myanmar (Foto: Getty Images)
Naypyitaw -

Pemerintah junta militer Myanmar geram dan menolak resolusi Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang menyerukan rekonsiliasi dengan kelompok etnis minoritas Rohingya yang dipersekusi. Myanmar juga mengecam tuduhan yang disebutnya 'sepihak' terkait perlakukan terhadap Rohingya.

Seperti dilansir AFP, Kamis (15/7/2021), negara ini berada dalam kekacauan sejak pemerintahan sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi dilengserkan oleh kudeta militer pada Februari lalu, yang memicu unjuk rasa pro-demokrasi besar-besaran dan penindakan tegas oleh militer yang memicu banyak korban jiwa.

Pada Senin (12/7) waktu setempat, Dewan HAM PBB mengadopsi resolusi yang menyerukan: "Dialog dan rekonsiliasi yang konstruktif dan damai, yang sesuai dengan keinginan dan kepentingan rakyat Myanmar, termasuk warga Muslim Rohingya."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kementerian Luar Negeri pemerintahan junta militer Myanmar dalam tanggapannya menyebut resolusi itu 'didasarkan pada informasi palsu dan merupakan tuduhan-tuduhan sepihak'.

"Istilah 'Rohingya' yang diciptakan dengan agenda politik lebih luas juga tidak diakui dan ditolak oleh pemerintah," tegas pernyataan Kementerian Luar Negeri pada pemerintahan junta militer Myanmar tersebut.

ADVERTISEMENT

Ditambahkan juga bahwa kelompok Rohingya 'tidak pernah diakui sebagai etnis berkebangsaan Myanmar'.

Di Myanmar, Rohingya telah sejak lama dipandang sebagai penyusup dari Bangladesh dan disangkal hak kewarganegaraan, serta hak dan akses untuk berbagai layanan.

Lebih dari 700.000 warga Rohingya saat ini tinggal di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh setelah operasi militer mematikan tahun 2017 di wilayah Rakhine, yang kini membuat Myanmar menghadapi tuduhan genosida.

Pemimpin junta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, menolak istilah Rohingya sebagai 'istilah imajiner'.

Resolusi PBB itu juga menyuarakan 'dukungan tegas bagi rakyat Myanmar dan aspirasi demokrasi mereka' dan menyerukan gencatan senjata segera untuk pertempuran yang masih berlangsung. Diketahui bahwa lebih dari 900 orang tewas di tangan militer Myanmar sejak kudeta.

China yang merupakan salah satu dari 47 negara anggota Dewan HAM PBB, menyatakan tidak bisa bergabung dengan konsensus itu.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads