Paris -
Pria yang terekam kamera menampar Presiden Prancis, Emmanuel Macron, di depan umum telah ditahan dan akan didakwa penyerangan. Pria berusia 28 tahun itu terancam hukuman maksimum tiga tahun penjara.
Seperti dilansir AFP dan Al Jazeera, Kamis (10/6/2021), sumber kepolisian mengidentifikasi tersangka sebagai Damien Tarel (28) yang diketahui tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya.
Tarel ditahan polisi sejak Rabu (9/6) waktu setempat, setelah diamankan karena menampar wajah Macron dalam kunjungannya ke kota kecil Tain-l'Hermitage, Prancis bagian tenggara, pada Selasa (8/6) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia diperkirakan akan didakwa atas penyerangan tokoh publik, yang diketahui memiliki ancaman hukuman maksimum tiga tahun penjara dan denda maksimum 45.000 Euro (Rp 780 juta).
Motif Tarel menampar Macron masih belum diketahui secara jelas.
Latar belakangnya juga belum banyak terungkap, selain laporan media dan sumber-sumber yang menyebut Tarel sebagai penggemar seni bela diri abad pertengahan dan permainan papan.
Media-media Prancis berusaha mengorek aktivitas media sosial Tarel untuk mencari petunjuk soal arah simpati politiknya. Dia dilaporkan mengikuti beberapa saluran kelompok sayap kanan di YouTube.
 Momen saat Presiden Prancis, Emmanuel Macron, ditampar warga Foto: BFM TV via AP |
Simak video 'Momen Presiden Prancis Ditampar Seorang Pria':
[Gambas:Video 20detik]
Talkshow terkenal di Prancis, Le Quotidien, menayangkan rekaman salah satu jurnalisnya saat bertemu Tarel dan teman-temannya pada Selasa (8/6) waktu setempat, sebelum dia menampar Macron.
Dalam wawancara itu, salah satu teman Tarel mengidentifikasi dirinya sebagai anggota gerakan anarkis. Teman Tarel itu juga menjelaskan bahwa mereka ingin berbicara dengan Macron soal 'penurunan Prancis'.
Sejumlah teman dan kenalan Tarel yang berbicara kepada AFP menyatakan terkejut mengetahui aksi kasarnya terhadap Macron. Mereka menyebut Tarel sebagai sosok pemalu dan pendiam.
Rekaman video yang beredar luas di media sosial menunjukkan Tarel yang memakai kaos warna khaki, menampar Macron di wajah kemudian meneriakkan kalimat 'Turunkan Macron' dan slogan 'Montjoie! Saint Denis!', yang merupakan seruan perang abad pertengahan yang diasosiasikan dengan kelompok sayap kanan yang ingin Prancis kembali menjadi monarki.
Sumber yang memahami perkembangan penyelidikan kasus ini, menggambarkan Tarel sebagai seseorang yang 'sedikit tersesat, sedikit culun, sedikit gamer'. Disebutkan juga bahwa Tarel mengelola klub penggemar seni bela diri yang fokus pada praktik bela diri Eropa bersejarah, termasuk ilmu pedang tradisional.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini