Kasus virus Corona (COVID-19) makin mengganas di India. Sampai saat ini kasus Corona di India melampaui angka 18 juta.
Dilansir dari Reuters, Jumat (30/4/2021), data Kementerian Kesehatan India melaporkan 386.452 kasus Corona dalam sehari terakhir. Penambahan itu kembali mencatat rekor tertinggi dari sebelumnya yakni 379.257 yang terjadi para Jumat (29/4) waktu setempat.
Menurut penghitungan Reuters, India melaporkan tambahan 7,7 juta kasus Corona sejak akhir Februari lalu, saat gelombang kedua mulai melanda. Sebelumnya, penambahan 7,7 kasus terjadi dalam waktu enam bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data Kementerian Kesehatan India juga melaporkan 3.498 kematian dalam 24 jam terakhir. Sudah tiga hari terakhir India mencatat lebih dari 3.000 kematian Corona setiap harinya.
Secara keseluruhan, menurut Times of India, sejauh ini otoritas India mencatat total lebih dari 18,7 juta kasus, dengan 208.330 kematian di wilayahnya.
Lonjakan kasus Corona ini sebagian dipicu oleh varian baru Corona dan digelarnya kampanye politik serta festival keagamaan yang memicu kerumunan orang. Penambahan kasus ini tentunya membuat rumah-rumah sakit di India kewalahan. Banyak rumah sakit kekurangan tempat tidur pasien, pasokan oksigen dan persediaan obat-obatan.
Para pakar setempat menyebut bahwa harapan terbaik India untuk mengatasi gelombang kedua Corona yang mematikan adalah dengan memvaksinasi populasinya yang besar. Pada Rabu (28/4) waktu setempat, India membuka pendaftaran vaksinasi untuk orang-orang berusia 18 tahun ke atas.
Dari total kasus itu, sebanyak 29 orang merupakan WNI, simak di halaman berikut
Namun di sisi lain, India yang merupakan salah satu produsen vaksin terbesar dunia, dilaporkan tidak memiliki cukup persediaan vaksin Corona untuk memvaksinasi sekitar 600 juta orang yang memenuhi syarat.
Kepala penasihat ilmiah pemerintah India, K Vijay Raghavan, dalam wawancara dengan surat kabar Indian Express menilai pemerintah seharusnya bisa melakukan persiapan lebih besar untuk menghadapi gelombang kedua Corona.
"Ada upaya-upaya besar yang dilakukan pemerintah pusat dan negara bagian dalam meningkatkan infrastruktur rumah sakit dan layanan kesehatan selama gelombang pertama ... Tapi saat gelombang itu menurun, mungkin menurun juga perasaan terdesaknya," sebutnya.
"Tidak mungkin untuk meningkatkan kapasitas sistem kesehatan publik dalam waktu setahun ke level yang cukup untuk mengatasi apa yang kita lihat sekarang," imbuh Raghavan.
Dari total 18 juta kasus itu, sebanyak 29 di antaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI). Jumlah WNI di India yang terinfeksi COVID-19 tersebut diungkapkan oleh Hanafi, Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Indonesia di New Delhi kepada ABC Indonesia.
"Hingga saat ini kami kami mencatat ada 750 orang WNI yang tersebar di 18 negara bagian di India," kata Hanafi hari Kamis (29/4/2021).
"Dari komunikasi KBRI New Delhi dan KJRI Mumbai diperoleh informasi bahwa saat ini 29 di antaranya sedang positif COVID-19 dan hampir semua isolasi mandiri di rumah dengan gejala asimptomatis dan ringan."
Dalam pantauan KBRI, warga Indonesia yang tinggal di India kebanyakan tinggal di negara bagian Maharastra (yang beribu kota Mumbai) dan di New Delhi.
Sebagian lainnya tinggal di Karnataka (dengan ibu kota Bangalore) dan Tamil Nadu (dengan ibu kota Chennai).
"Yang kita tahu WNI di India saat ini yang bisa dibilang terbanyak adalah Ibu rumah tangga (yang menikah dengan WN India) diikuti dengan mahasiswa baik beasiswa maupun biaya sendiri.
"Saat ini masih ada juga yang bekerja di berbagai perusahaan, namun jumlahnya tidak besar."
Dengan adanya gelombang kedua ini, menurut Hanafi, KBRI di India mengimbau kepada WNI, terutama mereka yang akan merayakan Hari Raya Idul Fitri dua pekan lagi untuk menghindari kerumunan.
"Kebetulan ini akan menjadi Lebaran kedua di masa pandemi. Masyarakat Indonesia khususnya telah memahami bahwa dalam kondisi ini tentu acara lebaran menjadi tidak memungkinkan.
"Selain tidak diadakan di KBRI/KJRI, masyarakat juga diimbau untuk menghindari kerumunan termasuk ibadah salat ied di luar KBRI/KJRI walaupun hampir dipastikan acara di luar juga tidak ada karena pembatasan yang dilakukan Pemerintah India," kata Hanafi kepada Sastra Wijaya dari ABC Indonesia.
Menurut Hanafi, layanan di KBRI di New Delhi dan KJRI di Mumbai sekarang juga seluruhnya masih berlangsung online.