Penduduk desa setempat telah meminta kedua belah pihak untuk menghindari rumah mereka.
"Kami tidak punya tempat untuk lari. Ada ruang terbuka di luar desa. Kami hanya bisa bersembunyi di tempat perlindungan bom saat mereka menyerang. Jika bom langsung menghantam tempat perlindungan, kita akan mati. Ini adalah takdir kita. Para pejuang berada di atas sampai sore ini. Kami berharap mereka menghindari sasaran sipil," kata salah seorang penduduk desa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah dua tahun tanpa kekerasan, militer Myanmar dan KIA kembali bentrok di negara bagian Kachin pada Minggu (11/4) waktu setempat.
Kedua belah pihak sedang dalam proses merundingkan gencatan senjata sebelum kudeta 1 Februari. Kelompok bersenjata Kachin meminta Komando Utara pada militer Myanmar untuk tidak membahayakan pengunjuk rasa Kachin yang menentang junta militer.
Ketegangan meningkat setelah dua warga sipil ditembak mati dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan terhadap pengunjuk rasa anti-rezim di ibu kota Kachin, Myitkyina, pada 8 Maret lalu.
Tiga hari setelah insiden Myitkyina, KIA menggerebek pos militer di pusat penambangan batu giok, Hpakant, dan sejak itu melakukan serangkaian serangan terhadap pos polisi dan militer di kota-kota Waingmaw, Bhamo, Namtu, Hpakant, Mogaung dan Shwegu.
Sementara itu, militer juga menyerang kamp KIA dengan peluru artileri dan mengebom batalion KIA pada 29 Maret lalu.
(izt/nvc)