Gubernur Virginia, Ralph Northam, berjanji akan melakukan penyelidikan menyeluruh setelah sebuah rekaman video yang beredar menunjukkan dua polisi Amerika Serikat (AS) menahan seorang tentara berkulit hitam di bawah todongan senjata api. Para polisi juga menggunakan semprotan merica ke wajah tentara itu.
Seperti dilansir AFP, Senin (12/4/2021), dalam video tersebut, Letnan Caron Nazario yang keturunan Afrika-Amerika dan Latin, berulang kali menanyakan apa kesalahannya saat dia dihentikan di tengah jalan dan diminta keluar mobil sambil ditodong senjata api oleh dua polisi setempat.
"Ini benar-benar kacau," ucap Nazario dalam video tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak diketahui pasti alasan polisi sampai menodongkan senjata dan menggunakan semprotan merica. Namun pihak kepolisian setempat menuduh Nazario saat itu tidak kooperatif.
Laporan media-media setempat menyebut Nazario, yang saat itu memakai seragam militernya, diberhentikan di tengah jalan ketika mengendarai mobil SUV yang baru dibelinya. Dia diberhentikan polisi karena mobilnya tidak memiliki nomor polisi (nopol) permanen.
Menurut media terkemuka AS, The Washington Post, Nazario merupakan seorang petugas administrasi kesehatan pada Garda Nasional Virginia.
Dia disebut sedang berkendara pulang pada 5 Desember tahun lalu ketika mobilnya dihentikan polisi. Rekaman kamera yang terpasang pada tubuh polisi dan dari telepon genggam Nazario menyebar luas pada akhir pekan lalu, setelah Nazario mengajukan gugatan hukum meminta ganti rugi US$ 1 juta (Rp 14,6 miliar).
Simak juga 'Pria Bersenjata di Hawaii Bunuh Diri Usai Dikepung Polisi':
Nazario dibebaskan oleh polisi tanpa dijerat dakwaan apapun. Namun dalam gugatannya, dia mengklaim polisi sempat mengancam akan mengakhiri karier militernya jika dia berbicara ke publik soal perilaku mereka.
Gubernur Northam dalam pernyataannya menyebut dirinya telah menginstruksikan pihak kepolisian untuk melakukan 'penyelidikan independen' terkait insiden tersebut. Northam menyebut insiden itu telah 'mengganggu dan membuat dirinya merasa marah'.
"Kita harus terus berupaya memastikan bahwa warga Virginia aman saat berinteraksi dengan polisi, memastikan penegakan hukum yang adil dan setara, dan orang-orang dimintai pertanggungjawaban," tegas Northam.
Diketahui bahwa polisi AS dihujani berbagai tuduhan terkait rasisme dan pelanggaran kode etik, termasuk dalam kasus kematian seorang pria kulit hitam bernama George Floyd di Minneapolis pada tahun lalu. Kasus Floyd memicu kemarahan publik, tidak hanya di AS tapi juga publik internasional.