Inggris telah menjadi pengkritik keras militer Myanmar sejak merebut kekuasaan di sana pada Februari lalu. Pekan lalu, pemerintah Inggris meningkatkan sanksi terhadap konglomerat bisnis yang seluruhnya atau sebagian diawasi oleh para jenderal Myanmar.
Negara-negara besar lainnya juga telah menyuarakan kemarahan dan kekecewaan atas pendekatan brutal junta, dan menjatuhkan sanksi kepada pejabat-pejabat penting. Tetapi sementara Dewan Keamanan PBB mengutuk kematian warga sipil, Dewan Keamanan tidak mempertimbangkan sanksi, dikarenakan China dan Rusia menentang langkah tersebut. Dan sejauh ini, tekanan diplomatik tampaknya hanya berdampak kecil pada pertumpahan darah di Myanmar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sebuah kelompok pemantau lokal, mengatakan 581 warga sipil telah tewas akibat tindakan keras aparat Myanmar dan lebih dari 2.700 ditangkap. Hampir 50 dari korban tewas tersebut adalah anak-anak.
(ita/ita)