Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan kelompok pemberontak Houthi di Yaman setelah melakukan serangan kepada warga sipil. Serangan itu dilakukan hanya 48 jam setelah kelompok itu dicoret dari daftar hitam terorisme.
Seperti dilansir Associated Press, Senin (8/2/2021) Departemen Luar Negeri AS menyerukan Houthi untuk segera menghentikan serangan terhadap warga sipil dan operasi militer di Yaman.
Hal itu disampaikan hanya dua hari setelah pemerintahan Biden memberi tahu Kongres bahwa mereka akan menghapus Houthi dari daftar "organisasi teroris asing", sebuah keputusan yang disertai dengan sanksi berat AS. Itu juga terjadi hanya tiga hari setelah Biden memerintahkan diakhirinya dukungan AS untuk operasi militer ofensif pimpinan Arab Saudi terhadap kelompok pemberontak Houthi di Yaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Presiden mengambil langkah untuk mengakhiri perang di Yaman dan Arab Saudi telah mendukung penyelesaian negosiasi, Amerika Serikat sangat terganggu oleh serangan Houthi yang terus berlanjut," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam sebuah pernyataan.
"Kami menyerukan kepada Houthi untuk segera menghentikan serangan yang berdampak pada wilayah sipil di dalam Arab Saudi dan untuk menghentikan setiap serangan militer baru di Yaman, yang hanya membawa lebih banyak penderitaan bagi rakyat Yaman," ujar juru bicara tersebut.
Dihapusnya Houthi dari daftar teroris mendapat pujian dari badan-badan kemanusiaan, di mana sebelumnya mereka mengecam pemerintahan Donald Trump yang menempatkan Houthi dalam daftar teroris menjelang akhir kekuasaannya. Para kritikus mengatakan penetapan itu akan memperburuk krisis kemanusiaan terburuk di dunia dengan menghalangi pengiriman bantuan kepada penduduk Yaman yang berada di ambang kelaparan.
Pada Minggu pagi (7/2), utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Yaman melakukan kunjungan pertamanya ke Iran. Kedatangan Martin Griffiths untuk membahas terkait perang Yaman.
Griffiths dijadwalkan untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif dan pejabat lainnya. Kunjungan yang dijadwalkan selama dua hari itu akan merundingkan solusi politik atas konflik antara pemberontak Houthi dan Yaman, yang sudah berlangsung hampir enam tahun.
Kedatangan Griffiths dilakukan hanya beberapa hari setelah Presiden Joe Biden mengumumkan Amerika Serikat akan mengakhiri dukungannya, termasuk penjualan senjata, atas perang koalisi pimpinan Arab Saudi melawan Houthi.
"Kami mendesak Houthi untuk menahan diri dari tindakan destabilisasi dan menunjukkan komitmen mereka untuk terlibat secara konstruktif dalam upaya Utusan Khusus PBB Griffiths untuk mencapai perdamaian," kata Price dalam pernyataan itu. "Sekaranglah waktunya untuk menemukan akhir dari konflik ini," imbuhnya.
Perang Yaman dimulai pada September 2014, ketika Houthi merebut ibu kota Yaman, Sanaa dan mulai bergerak ke selatan untuk mencoba menguasai seluruh negara. Arab Saudi, bersama dengan Uni Emirat Arab dan negara-negara lain, kemudian melancarkan serangan-serangan udara untuk memerangi Houthi di Yaman pada Maret 2015.
Perang di Yaman dilaporkan telah menewaskan sekitar 130.000 orang, termasuk lebih dari 13.000 warga sipil yang tewas dalam serangan-serangan udara, dan menyebabkan jutaan orang di ambang kelaparan.