Kudeta Myanmar, Semua Mata Tertuju ke Jenderal Min Aung Hlaing

Kudeta Myanmar, Semua Mata Tertuju ke Jenderal Min Aung Hlaing

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 01 Feb 2021 13:17 WIB
Senior General Min Aung Hlaing, commander-in-chief of the Myanmar Armed Forces, delivers a speech during the opening ceremony of Union Peace Conference in MICC 2 at NayPyiDaw on January 12, 2016.  Myanmar opposition leader Aung San Suu Kyi will address ethnic armed groups, organisers of a fresh round of peace talks said, after she outlined peace as a priority for her government when it takes power in March. AFP PHOTO / Ye Aung THU / AFP PHOTO / Ye Aung Thu
Jenderal Min Aung Hlaing (dok. AFP PHOTO/Ye Aung Thu)

Akun Facebook miliknya menarik ratusan ribu follower sebelum diblokir terkait operasi militer Myanmar yang sarat kekerasan terhadap Rohingya tahun 2017 lalu.

Menurut para diplomat dan pengamat kepada Reuters, sosok Min Aung Hlaing banyak mempelajari transisi politik di negara-negara lainnya dan melakukan banyak hal yang diperlukan demi menghindari kekacauan seperti di Libya dan negara Timur Tengah lainnya usai unjuk rasa mencuat tahun 2011 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai Panglima Militer Myanmar, Min Aung Hlaing tidak pernah menunjukkan pertanda bahwa dia siap menyerahkan 25 persen alokasi kursi militer dalam parlemen Myanmar. Dia juga tidak mengizinkan adanya perubahan apapun dalam Konstitusi Myanmar yang melarang Suu Kyi menjadi presiden.

Baru-baru ini, militer Myanmar mengeluhkan adanya kejanggalan dan ketidakberesan dalam daftar pemilih untuk pemilu 8 November 2020, yang seperti diprediksi, dimenangkan oleh Partai Liga Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi.

ADVERTISEMENT

Min Aung Hlaing memperpanjang masa jabatannya di pucuk kepemimpinan militer untuk lima tahun lagi pada Februari 2016. Hal ini mengejutkan para pengamat yang memperkirakan dia akan mundur pada tahun itu saat perombakan kepemimpinan militer rutin digelar.

Dijatuhi Sanksi AS terkait Operasi Militer Myanmar terhadap Rohingya

Operasi militer Myanmar di wilayah Rakhine tahun 2017 membuat lebih dari 700 ribu warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Para penyidik Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyatakan operasi militer Myanmar melibatkan praktik pembunuhan massal, pemerkosaan bergiliran dan aksi pembakaran secara luas.

PBB juga menuduh operasi militer Myanmar dilakukan dengan 'niat genosida'.

Merespons hal itu, AS menjatuhkan sanksi-sanksi terhadap Min Aung Hlaing dan tiga pejabat tinggi militer Myanmar lainnya tahun 2019. Sejumlah kasus dan gugatan hukum diajukan ke berbagai pengadilan internasional, termasuk Mahkamah Internasional, terkait kekejaman militer Myanmar terhadap Rohingya.

Tahun 2019, penyidik PBB mendorong para pemimpin dunia untuk menjatuhkan sanksi finansial terarah terhadap perusahaan-perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan militer Myanmar.


(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads