Petaka Pengkritik Putin Usai Koma Kini Ditangkap saat 'Mudik' ke Rusia

Round-Up

Petaka Pengkritik Putin Usai Koma Kini Ditangkap saat 'Mudik' ke Rusia

Tim detikcom - detikNews
Senin, 18 Jan 2021 21:03 WIB
Jerman, Prancis dan Inggris Ancam Sanksi Rusia Atas Peracunan Navalny
Foto: Alexei Navalny (DW News)
Moskow -

Pengkritik Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny ditangkap oleh polisi begitu tiba di Rusia. Navalny sempat dirawat karena diduga diracun.

Dilansir AFP, Senin (18/1/2021) polisi Rusia telah menangkap kritikus Kremlin itu di bandara Moskow tak lama setelah dia mendarat dalam penerbangan dari Berlin, Jerman. Situasi ini terpantau oleh seorang jurnalis AFP di tempat kejadian.

Juru bicara Navalny, Kira Yarmysh mengonfirmasi bahwa Navalnya telah ditahan. "Alexei dibawa pergi oleh petugas polisi di perbatasan. Tanpa penjelasan yang diberikan," demikian disampaikannya dalam cuitan di Twitter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, seperti dilansir Reuters, Kamis (14/1/2021), keputusan untuk pulang ke Rusia ini diumumkan Navalny pada Rabu (13/1) waktu setempat. Hal ini dinilai mengisyaratkan niat Navalny untuk melanjutkan perjuangan politik melawan Presiden Vladimir Putin.

Di sisi lain, kepulangan Navalny akan memicu dilema bagi otoritas Rusia soal bagaimana menangani salah satu pengkritik Putin yang paling menonjol ini.

ADVERTISEMENT

Pada Desember 2020 lalu, Dinas Penjara Federal Rusia (FSIN) memberikan ultimatum terakhir untuk Navalny yang isinya menyerukan Navalny untuk kembali pulang ke Rusia paling lambat 29 Desember waktu setempat dan melapor ke kantor FSIN di Moskow, atau dipenjara jika kembali setelah batas waktu itu.

Dalam ultimatum itu, FSIN menuduh Navalny melanggar ketentuan hukuman percobaan yang dijatuhkan terhadapnya sejak tahun 2014, dan menghindari pengawasan otoritas inspeksi kriminal Rusia.

Navalny menegaskan dirinya tidak terpengaruh oleh risiko yang akan dihadapinya ketika dia pulang ke Rusia.

"Tidak pernah menjadi pertanyaan apakah akan kembali atau tidak. Karena saya tidak pernah pergi. Saya berakhir di Jerman setelah tiba dalam ruang perawatan intensif untuk satu alasan: mereka mencoba membunuh saya," tulis Navalny dalam pernyataan via Instagram.

"Rusia adalah negara saya, Moskow adalah kota saya, dan saya merindukannya," tegas Navalny yang berusia 44 tahun ini.

Tanggapan AS

Penasihat keamanan nasional Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden, Jake Sullivan meminta Rusia untuk segera membebaskan Navalny.

"Navalny harus segera dibebaskan, dan para pelaku serangan keji terhadap nyawanya harus dimintai pertanggungjawaban," kata Sullivan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (18/1/2021).

"Serangan Kremlin terhadap Mr. Navalny bukan hanya pelanggaran hak asasi manusia, tetapi penghinaan terhadap orang-orang Rusia yang ingin suaranya didengar," imbuhnya.

Departemen Luar Negeri AS tidak segera mengeluarkan reaksi akibat penangkapan Navalyn. Namun penahanannya memicu kecaman dari Uni Eropa.

Navalny Pulih usai Diduga Diracun

Navalny yang menyatakan kesehatannya hampir pulih sepenuhnya ini, menuduh Putin memerintahkan agen-agen Rusia untuk meracuni dirinya dengan agen saraf mematikan, Novichok. Navalny sempat koma saat sakit. Dalam tanggapannya, Putin menyangkal otoritas Rusia berupaya meracuni Navalny dan menyatakan bahwa agen-agen Rusia akan menyelesaikan tugasnya jika memang mereka ingin Navalny tewas.

Kremlin sendiri menyatakan tidak melihat bukti bahwa Navalny diracun dan menegaskan dia bebas pulang kapan saja ke Rusia.

Sementara itu, para pendukung Navalny mendorongnya tetap tinggal di luar negeri demi keselamatannya. Namun tinggal di Jerman memiliki risiko politik untuk Navalny. Diketahui bahwa dia berjuang di masa lalu untuk menjaga pengaruhnya dari luar Rusia, saat digelar pemilu parlemen pada September 2020 lalu.

Video-video Navalny yang menuduh pemerintah Rusia melakukan korupsi ditonton secara luas, namun jajak pendapat menunjukkan Putin jauh lebih populer di mata publik Rusia. Polling terbaru oleh lembaga survei swasta menunjukkan separuh warga Rusia meyakini Navalny tidak diracun atau diracunnya dia telah diatur oleh intelijen Barat.

Halaman 2 dari 2
(rdp/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads