Kritikus Kremlin, Alexei Navalny ditangkap di Rusia setelah kembali dari Jerman usai sembuh dari dugaan diracun dengan zat saraf. Penasihat keamanan nasional Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden, Jake Sullivan meminta Rusia untuk segera membebaskan Navalny.
"Navalny harus segera dibebaskan, dan para pelaku serangan keji terhadap nyawanya harus dimintai pertanggungjawaban," kata Sullivan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (18/1/2021).
"Serangan Kremlin terhadap Mr. Navalny bukan hanya pelanggaran hak asasi manusia, tetapi penghinaan terhadap orang-orang Rusia yang ingin suaranya didengar," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Navalny ditahan saat menjalani pemeriksaan paspor di Bandara Sheremetyevo Moskow, setelah terbang dari Berlin, Jerman. Ia ditahan karena dianggap tidak mengindahkan peringatan penangkapan pemerintah Rusia.
Departemen Luar Negeri AS tidak segera mengeluarkan reaksi akibat penangkapan Navalyn. Namun penahanannya memicu kecaman dari Uni Eropa.
Penangkapan Navalny tampaknya menjadi tanda bahwa pihak berwenang tidak akan mentolerir kegiatan kampanye antikorupsi dan kritikus pemerintah itu, yang dalam dekade terakhir menjadi lawan paling menonjol terhadap Presiden Vladimir Putin.
Dalam ultimatum itu, FSIN menuduh Navalny melanggar ketentuan hukuman percobaan yang dijatuhkan terhadapnya sejak tahun 2014, dan menghindari pengawasan otoritas inspeksi kriminal Rusia.
Navalny menegaskan dirinya tidak terpengaruh oleh risiko yang akan dihadapinya ketika dia pulang ke Rusia.
"Tidak pernah menjadi pertanyaan apakah akan kembali atau tidak. Karena saya tidak pernah pergi. Saya berakhir di Jerman setelah tiba dalam ruang perawatan intensif untuk satu alasan: mereka mencoba membunuh saya," tulis Navalny dalam pernyataan via Instagram.