Penasihat Keamanan Joe Biden Serukan Pembebasan Alexei Navalny

Penasihat Keamanan Joe Biden Serukan Pembebasan Alexei Navalny

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Senin, 18 Jan 2021 11:17 WIB
FILE - In this file photo taken on Saturday, Feb. 29, 2020, Russian opposition activist Alexei Navalny takes part in a march in memory of opposition leader Boris Nemtsov in Moscow, Russia. The German hospital treating Russian dissident Alexei Navalny says tests indicate that he was poisoned. The CharitΓ© hospital said in a statement Monday, Aug. 24, 2020 that the team of doctors who have been examining Navalny since he was admitted Saturday have found the presence of β€œcholinesterase inhibitors” in his system. Cholinesterase inhibitors are a broad range of substances that are found in several drugs, but also pesticides and nerve agents. (AP Photo/Pavel Golovkin, File)
Alexei Navalny (Foto: AP Photo/Pavel Golovkin)
Jakarta -

Kritikus Kremlin, Alexei Navalny ditangkap di Rusia setelah kembali dari Jerman usai sembuh dari dugaan diracun dengan zat saraf. Penasihat keamanan nasional Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden, Jake Sullivan meminta Rusia untuk segera membebaskan Navalny.

"Navalny harus segera dibebaskan, dan para pelaku serangan keji terhadap nyawanya harus dimintai pertanggungjawaban," kata Sullivan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (18/1/2021).

"Serangan Kremlin terhadap Mr. Navalny bukan hanya pelanggaran hak asasi manusia, tetapi penghinaan terhadap orang-orang Rusia yang ingin suaranya didengar," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Navalny ditahan saat menjalani pemeriksaan paspor di Bandara Sheremetyevo Moskow, setelah terbang dari Berlin, Jerman. Ia ditahan karena dianggap tidak mengindahkan peringatan penangkapan pemerintah Rusia.

ADVERTISEMENT

Departemen Luar Negeri AS tidak segera mengeluarkan reaksi akibat penangkapan Navalyn. Namun penahanannya memicu kecaman dari Uni Eropa.

Penangkapan Navalny tampaknya menjadi tanda bahwa pihak berwenang tidak akan mentolerir kegiatan kampanye antikorupsi dan kritikus pemerintah itu, yang dalam dekade terakhir menjadi lawan paling menonjol terhadap Presiden Vladimir Putin.

Sebelumnya, pada Desember 2020 lalu, Dinas Penjara Federal Rusia (FSIN) memberikan ultimatum terakhir untuk Navalny yang isinya menyerukan Navalny untuk kembali pulang ke Rusia paling lambat 29 Desember waktu setempat dan melapor ke kantor FSIN di Moskow, atau dipenjara jika kembali setelah batas waktu itu.

Dalam ultimatum itu, FSIN menuduh Navalny melanggar ketentuan hukuman percobaan yang dijatuhkan terhadapnya sejak tahun 2014, dan menghindari pengawasan otoritas inspeksi kriminal Rusia.

Navalny menegaskan dirinya tidak terpengaruh oleh risiko yang akan dihadapinya ketika dia pulang ke Rusia.

"Tidak pernah menjadi pertanyaan apakah akan kembali atau tidak. Karena saya tidak pernah pergi. Saya berakhir di Jerman setelah tiba dalam ruang perawatan intensif untuk satu alasan: mereka mencoba membunuh saya," tulis Navalny dalam pernyataan via Instagram.

Halaman 2 dari 2
(izt/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads