Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un berjanji untuk memperkuat persenjataan nuklir negaranya dalam pidato penutupannya di pertemuan partainya. Pernyataan ini disampaikan beberapa hari sebelum Joe Biden menjabat sebagai presiden AS.
Dilansir AFP, Rabu (13/1/2021) para analis menilai Kim ingin menarik perhatian pemerintahan Biden yang akan datang. Yakni dengan membuat negara itu lebih terisolasi dari sebelumnya setelah menutup perbatasannya untuk melindungi diri dari pandemi virus Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertemuan puncak soal kesepakatan nuklir antara Kim dan Presiden AS Donald Trump di Hanoi, Vietnam pada Februari 2019 lalu telah gagal. Hal ini karena tak adanya kesepakatan mengenai pencabutan sanksi AS dan soal apa yang akan bersedia diserahkan Pyongyang sebagai imbalan.
"Sambil memperkuat penangkal perang nuklir kita, kita perlu melakukan segalanya untuk membangun militer yang paling kuat," kata Kim seperti dikutip kantor berita resmi Korut, KCNA saat kongres Partai Buruh.
Sebelumnya, dalam kongres delapan hari itu - dua kali lebih lama dari pertemuan sebelumnya pada tahun 2016 - Kim menyebut AS sebagai "hambatan fundamental bagi perkembangan revolusi Korut dan musuh utama Korut yang paling utama".
Kim menyebut bahwa niat sebenarnya dari kebijakan AS terhadap Korea Utara tidak akan pernah berubah, siapa pun yang berkuasa. Dia tidak menyebut nama Biden.
Kim mengatakan bahwa Korea Utara telah menyelesaikan rencana untuk memproduksi kapal selam bertenaga nuklir dan menyampaikan daftar belanja persenjataan, termasuk hulu ledak peluncur hipersonik, satelit pengintai militer, dan rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat.
Program senjata Korea Utara telah membuat kemajuan pesat di bawah Kim, termasuk sejauh ini ledakan nuklir terkuatnya hingga saat ini dan rudal yang mampu menjangkau seluruh benua Amerika Serikat. Semua itu dengan biaya sanksi internasional yang semakin ketat.
Pada parade militer pada bulan Oktober 2019 lalu, Korut memamerkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru yang sangat besar. Menurut para analis itu adalah rudal berbahan bakar cair terbesar di dunia.
Pergantian kepemimpinan di Washington menghadirkan tantangan bagi Pyongyang. Biden mencirikan Kim sebagai "preman" saat debat capres AS. Sementara Korea Utara sebelumnya menyebut Biden sebagai "anjing gila" yang "harus dipukul sampai mati dengan tongkat".