Beberapa waktu lalu, saat memberikan penghormatan kepada Paty, Macron menegaskan prinsip sekularisme Prancis dan tradisi satire yang telah ada sejak lama di negara tersebut. "Kami tidak akan menyerahkan kartun," ucapnya saat itu.
Pernyataan dan pandangan Macron itu memicu pertanyaan, tidak hanya dalam protes kemarahan di berbagai negara mayoritas Muslim -- kebanyakan menyerukan boikot produk Prancis -- tapi juga oleh surat kabar berbahaya Inggris dan bahkan sekutu politik internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Media Financial Times mempublikasikan artikel kolom oleh salah satu korespondennya yang berjudul 'Perang Macron terhadap 'separatisme Islam' hanya semakin memecah-belah Prancis'. Surat kabar itu menurunkan tulisan kolom tersebut, dengan menyebut adanya kesalahan faktual.
Menegaskan posisi Prancis dalam suratnya kepada Financial Times, Macron membantah dirinya menstigmatisasi Muslim. "Prancis -- kami diserang karena ini -- adalah sama sekulernya bagi Muslim, seperti bagi penganut Kristen, Yahudi, Buddha dan semua penganut kepercayaan," tegasnya.
(nvc/ita)