Perdana Menteri (PM) Sudan, Abdalla Hamdok, menyambut baik langkah AS tersebut. Disebutkan Hamdok bahwa keluar dari daftar sponsor terorisme akan membantu pemerintahannya untuk mendapatkan keuntungan dari keringanan utang dan akses pinjaman serta investasi asing, yang dipandang sebagai gerbang menuju pemulihan perekonomian. Disebutkan Hamdok bahwa Sudan kini memiliki utang luar negeri sebesar lebih dari US$ 60 miliar.
"Keputusan ini akan memungkinkan kita untuk mengelola perekonomian dengan lingkungan yang lebih baik dan mekanisme efektif yang baru. Menghapus Sudan dari daftar teroris akan membuka pintu lebar-lebar bagi Sudan untuk secara sah kembali ke komunitas internasional," cetusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu jalan yang panjang. Itu membutuhkan perencanaan serius dan kerja keras untuk mencapai keuntungan maksimum dari peluang ini," imbuh Hamdok.
Sudan berada di jalur rapuh menuju demokrasi setelah unjuk rasa besar-besaran pada tahun lalu, membuat militer menggulingkan pemimpin otoriter Omar al-Bashir pada April 2019. Pemerintahan sipil-militer kini menguasai Sudan, dengan pemilu mungkin digelar pada akhir tahun 2022.
(nvc/ita)