Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk meningkatkan kerja sama guna memerangi terorisme dan imigran ilegal. Hal ini disampaikan Macron menyusul pemenggalan seorang guru Prancis oleh seorang pemuda dari wilayah Chechnya, Rusia yang didominasi warga muslim.
Sementara itu, Putin menyatakan belasungkawa atas pemenggalan mengerikan terhadap guru Samuel Paty di dekat sekolah tempat dia bekerja di pinggiran barat laut Paris tersebut. Kantor kepresidenan Rusia atau Kremlin mengatakan bahwa Putin menyebut peristiwa itu sebagai "pembunuhan biadab".
"Dalam konteks ini, kedua pihak menegaskan kembali kepentingan bersama mereka dalam mengintensifkan upaya bersama untuk memerangi terorisme dan penyebaran ideologi ekstremis," demikian pernyataan Kremlin seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (21/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Macron berbicara dengan Putin melalui telepon dan mengatakan dia ingin melihat "peningkatan kerja sama Prancis-Rusia dalam perang melawan terorisme dan imigrasi ilegal", kata kepresidenan Prancis, tanpa memberikan rincian.
Sebelumnya, Kedutaan Besar Rusia di Paris menekankan bahwa penyerang Chechnya yang berusia 18 tahun, Abdullakh Anzorov - yang dibunuh oleh polisi setelah pemenggalan itu - tidak memiliki hubungan dengan Moskow sejak 2008.
Kasus Guru Dipenggal, Presiden Prancis Akan Lawan Ekstremisme Islam:
"Kejahatan ini tidak ada hubungannya dengan Rusia karena orang ini telah tinggal di Prancis selama 12 tahun terakhir," kata juru bicara Kedutaan Rusia Sergei Parinov kepada kantor berita Rusia, TASS.
Anzarov tiba di Prancis pada usia enam tahun bersama keluarganya sebagai pengungsi, sehingga secara otomatis kehilangan kewarganegaraan Rusia-nya.
Tokoh berpengaruh Chechnya, Ramzan Kadyrov telah mengutuk serangan itu dan menyatakan belasungkawa kepada keluarga Paty, tapi dia juga mendesak Prancis untuk tidak "memprovokasi" Muslim.
Kadyrov mengatakan orang-orang Chechnya tidak ada hubungannya dengan serangan itu, seraya menekankan bahwa Anzorov dibesarkan di Prancis dan hanya mengunjungi Chechnya sekali - ketika dia berusia dua tahun.
(ita/ita)