Pada Rabu (14/10) waktu setempat, kondisi tak biasa terjadi saat para demonstran mengerumuni iring-iringan Ratu Suthida dan putranya, Pangeran Dipangkorn. Para demonstran mengangkat tangan mereka untuk memberikan gestur tiga jari yang menjadi simbol perlawanan terhadap pemerintah.
"Dulu ketika bangsawan lewat, kami bahkan tidak bisa berjalan di sekitar area. Kami harus menghentikan semuanya dan berlutut di tanah," tutur salah satu demonstran yang enggan menyebut namanya kepada AFP. "Saya sangat terkejut. Ini terjadi sekarang, kami banyak berubah dan semuanya bergerak maju. Kami melanggar tabu," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru bicara pemerintah Thailand, Anucha Burapachaisri, menegaskan bahwa PM Prayut memerintahkan polisi untuk menjeratkan dakwaan terhadap demonstran yang menghalangi iring-iringan keluarga Kerajaan Thailand dan 'mencemarkan nama baik Kerajaan'.
"Mereka harus menghadapi prosedur hukum tanpa kecuali," tegasnya.
Tokoh oposisi terkemuka, Thanathorn Juangroongruangkit, mengecam tindakan keras pemerintah dan menyerukan pemerintah 'membebaskan semua orang yang ditangkap'. "Pemerintah harus segera menemukan cara untuk merespons tuntutan pengunjuk rasa, jika tidak, situasinya akan menyebar secara nasional," ujarnya.
(nvc/ita)