Ketegangan yang terjadi antara Jerman dan Rusia atas dugaan meracuni tokoh oposisi Alexei Navalny semakin panas. Pemerintah Jerman mulai mempertimbangkan sanksi atas kasus ini.
Seperti dilansir AFP, Senin (7/9/2020), pemimpin oposisi Rusia dan juru kampanye antikorupsi, Navalny mendadak sakit dalam penerbangan bulan lalu dan dirawat di rumah sakit Siberia sebelum dievakuasi ke Berlin, Jerman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Jerman mengatakan pekan lalu ada "bukti kuat" bahwa musuh utama Presiden Rusia Vladimir Putin itu telah diracuni oleh agen saraf era Uni Soviet, Novichok.
Jerman, yang memegang jabatan presiden bergilir Uni Eropa, akan membahas kemungkinan sanksi terhadap Rusia jika Kremlin tidak memberikan penjelasan "dalam beberapa hari mendatang". Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas pada Minggu (6/9) waktu setempat.
"Kami memiliki harapan tinggi dari pemerintah Rusia untuk menyelesaikan kejahatan serius ini," kata Maas kepada harian Jerman Bild.
"Jika pemerintah tidak ada hubungannya dengan serangan itu, maka itu adalah kepentingannya sendiri untuk mendukung ini dengan fakta."
Jika tidak, Jerman akan dipaksa untuk "membahas tanggapan dengan sekutu kami," kata Maas. Sanksi apa pun yang diputuskan harus "ditargetkan", tambahnya.
Tonton video 'Kesalnya Kanselir Jerman Karena Alexei Navalny Diracun':
Para pemimpin Barat dan banyak orang Rusia telah menyatakan kengeriannya atas apa yang dikatakan sekutu Navalny sebagai penggunaan senjata kimia pertama yang diketahui terhadap pemimpin oposisi terkemuka di wilayah Rusia.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab pada Minggu (6/9) mengatakan bahwa Rusia memiliki "serangkaian pertanyaan yang sangat serius untuk dijawab" dan "jelas" mengenai kritikus Kremlin yang diracuni Novichok.
Kremlin membantah bertanggung jawab atas serangan itu dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Jerman belum berbagi temuan apa pun dengan jaksa penuntut Moskow.