Namun tiga pejabat Pentagon menyampaikan bantahan kepada CNN pada Selasa (4/8) malam waktu AS. Ketiga pejabat Pentagon yang enggan disebut identitasnya itu menegaskan tidak ada indikasi bahwa ledakan besar di Beirut merupakan sebuah serangan.
Para pejabat Pentagon itu menyatakan merekat tidak memahami apa yang dimaksud Trump soal indikasi serangan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu pejabat Pentagon ini menekankan bahwa jika memang ada indikasi serangan dengan skala sebesar itu, maka secara otomatis akan memicu peningkatan perlindungan bagi tentara AS dan aset-aset AS yang berada di kawasan tersebut.
Ditegaskan pejabat Pentagon ini bahwa situasi-situasi itu tidak terjadi, setidaknya untuk saat ini.
Sementara itu, otoritas Lebanon tidak menyebut ledakan besar di Beirut sebagai sebuah serangan. PM Lebanon, Hassan Diab, sebelumnya menuturkan bahwa ada 2.750 ton pupuk pertanian amonium nitrat yang disimpan selama bertahun-tahun di dalam gudang pelabuhan yang mengalami ledakan hebat tersebut.
Kepala Dinas Keamanan Publik Lebanon, Abbas Ibrahim, menyebut 'material berdaya ledak tinggi' yang disita beberapa tahun sebelumnya, disimpan di gudang yang dilanda ledakan. Penyebab pasti dari insiden ini masih dalam penyelidikan.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa ledakan besar ini dilaporkan menewaskan sedikitnya 135 orang dan melukai sekitar 5.000 orang lainnya.
Sementara itu, seorang mantan agen Badan Intelijen Amerika Serikat (AS) atau CIA, Robert Baer, yang berpengalaman dalam tugas di kawasan Timur Tengah menganalisis bahwa ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon, tidak hanya disebabkan oleh amonimum nitrat. Baer menduga ada amunisi militer yang ikut meledak di Beirut.
Seperti dilansir CNN, Rabu (5/8/2020), analisis itu disampaikan Baer melalui pesan video. Disebutkan Baer bahwa amonium nitrat, yang biasa digunakan dalam pupuk dan bahan peledak, memang ada di dalam gudang yang mengalami ledakan dahsyat. Namun dia meyakini bukan hanya amonium nitrat saja yang menjadi penyebab satu-satunya dari ledakan yang sejauh ini menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai 4 ribu orang lainnya.
(rdp/rdp)