Tak ada penjelasan resmi terkait alasan di balik keputusan ini. Namun, ada spekulasi bahwa keputusan mundur Mahathir itu hanya sekadar manuver politik untuk mengkhianati Anwar. Pasalnya, Mahathir pernah berjanji untuk menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Anwar.
Di lain pihak, Anwar sudah merasa dikhianati oleh koalisi Pakatan Harapan. Dia sudah menduga bahwa Pakatan Harapan akan bubar untuk membentuk koalisi baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya jujur sangat kaget dengan dinamika politik yang sedang terjadi. Ini adalah pengkhianatan karena jelas sudah ada janji Mahathir akan menyerahkan kekuasaan ke saya," ujar Anwar saat itu, seperti dikutip oleh media Malaysia Kini.
Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang dipimpin Anwar diduga ikut dalam manuver politik ini, karena itulah mengapa Anwar merasa dikhianati.
"Hal ini melibatkan mantan teman-teman kita dari Bersatu (partai Mahathir) dan sekelompok kecil dari PKR yang telah mengkhianati kami," ujar Anwar seperti dikutip Channel News Asia.
Belum lama ini, Mahathir menyebutkan alasan mengapa Anwar tidak bisa menjadi penggantinya sebagai orang nomor satu di negara tersebut.
"Ya, dia tidak terlalu populer bagi warga Melayu. Sekarang, telah ditunjukkan bahwa dukungan Melayu sangat penting bagi setiap partai untuk menang pemilu," jawab Mahathir dalam wawancara yang dilakukan secara daring dengan CNBC's Street Signs Asia, seperti dilansir Malay Mail, Rabu (1/7/2020), saat ditanya mengapa dirinya tidak jadi menyerahkan kekuasaan kepada Anwar padahal telah menjanjikan hal tersebut pada tahun 2019 lalu.
Menurut Mahathir, Anwar membutuhkan dirinya ketika aliansi Pakatan Harapan menumbangkan koalisi penguasa, Barisan Nasional, pada Mei 2018. Dikatakan Mahathir, dukungan dari etnis Melayu amatlah penting bagi partai politik untuk menang pemilu.
"Karena dia tidak populer, menjadi pemimpin dari partai multiras, dia membutuhkan seseorang yang menjadi pemimpin Melayu untuk memenangkan pemilu ini," cetus Mahathir dalam wawancara itu. "Dengan diri saya sebagai kandidat Perdana Menteri, saya pikir kita akan mendapatkan dukungan warga Melayu," imbuh Mahathir.
Lebih lanjut, Mahathir menyatakan bahwa dalam tiga pemilu terakhir di Malaysia, Anwar gagal mendapat suara dari kalangan pemilih Melayu.
"Hanya ketika saya bergabung, kami berhasil menang. Dan ini merupakan sebuah pencapaian, karena selama 60 tahun, pemerintahan selalu dikuasai partai yang sama. Itu adalah pertama kalinya tercapai perubahan," ujarnya.
(ita/ita)