Raup Rp 1 M dari Lelang Masker Saat Wabah Corona, Politikus Jepang Dikecam

Raup Rp 1 M dari Lelang Masker Saat Wabah Corona, Politikus Jepang Dikecam

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 09 Mar 2020 18:09 WIB
An officer wearing a face mask and shield works at a quarantine station at Narita airport, Chiba prefecture on March 9, 2020. - Japanese Prime Minister Shinzo Abe on March 5 announced that foreign arrivals who have recently been in China or South Korea would be required to spend 14 days in quarantine amid concerns of the COVID-19 novel coronavirus. (Photo by Kazuhiro NOGI / AFP)
Ilustrasi -- Seorang petugas di Bandara Narita memakai masker dan pelindung wajah (Kazuhiro NOGI/AFP)
Tokyo -

Seorang politikus Jepang dikecam setelah meraup dana sebesar 8,8 juta Yen (Rp 1,2 miliar) dari upaya lelang masker secara online di tengah wabah virus Corona. Lelang masker ini dilakukan saat Jepang mengalami kekurangan stok masker dalam menghadapi wabah tersebut.

Seperti dilansir AFP, Senin (9/3/2020), politikus bernama Hiroyuki Morota ini merupakan seorang anggota dewan prefektur Shizuoka dan merupakan pemilik sebuah perusahaan yang bergerak di bidang impor.

Dalam konferensi pers, Morota meminta maaf atas tindakannya, namun membela keputusannya untuk melelang persediaan masker miliknya secara online. Dia hanya mengakui bahwa tindakannya itu dilakukan pada waktu yang tidak tepat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disebutkan Morota bahwa dirinya telah melelang beberapa paket masker, dengan beberapa paket berisi 2 ribu buah, melalui internet selama belasan kali dalam kurun waktu satu bulan. Dari aktivitasnya itu, Morota meraup 8,88 juta Yen atau setara Rp 1,2 miliar. Setiap paket dilelangnya seharga 34 ribu Yen hingga 170 Yen.

Lebih lanjut, seperti dilaporkan surat kabar lokal Shizuoka Shimbun, Morota mengaku dirinya telah membeli masker-masker itu sejak 10 tahun lalu di China. Disebutkan Morota bahwa dia membeli masker itu dengan harga 15 Yen (Rp 2 ribu) per buah, atau 30 ribu Yen (Rp 4,1 juta) per paket yang berisi 2 ribu masker.

ADVERTISEMENT

"Masker itu merupakan barang inventaris yang telah disimpan di perusahaan saya selama bertahun-tahun. Itu bukannya saya mendapat laba yang tidak adil," sebutnya. "Tapi sebagai anggota dewan prefektur, saya merasa saya punya tanggung jawab moral," imbuh Morota.

Morota menyatakan dirinya akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin perusahaannya dan menyerahkan pengelolaan perusahaannya kepada sang istri. Namun Morota akan tetap menjadi pejabat publik. Tidak hanya itu, Morota juga menyatakan dirinya sedang berbicara dengan pemerintah setempat soal menyumbangkan hasil yang didapat dari lelang masker itu.

Permintaan maaf ini disampaikan Morota setelah dirinya dihujani kritikan publik dan setelah dia mengklaim bahwa harga dalam lelang merupakan harga pasar.

Para pengguna internet di Jepang telah sejak lama mengeluhkan kurangnya pasokan masker di pasaran dan berspekulasi adanya orang-orang yang memborong persediaan yang ada untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi. Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, meminta layanan lelang internet untuk mencegah penjualan barang-barang seperti masker dan disinfektan untuk menghentikan lonjakan harga.

Sejauh ini, otoritas Jepang mengonfirmasi total 1.184 kasus virus corona di wilayahnya, dengan 13 orang meninggal dunia. Sebagian besar kasus -- sekitar 696 kasus di antaranya -- muncul dari kapal pesiar Diamond Princess yang sempat dikarantina di Yokohama, Jepang.

Tonton juga Pembelian Masker di Korsel Dibatasi :

[Gambas:Video 20detik]



Halaman 2 dari 2
(nvc/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads