Diketahui bahwa Jepang menjadi negara pertama yang memberi izin pengembangan embrio mutan, dengan sel gabungan manusia dan hewan, untuk pembuatan organ manusia. Pada Maret 2019, pemerintah Jepang mencabut larangan pengembangan embrio manusia-hewan yang berusia di atas 14 hari atau menyelesaikan perkembangannya. Peraturan ini juga sebelumnya melarang ilmuwan untuk mentransplantasi organ yang dikembangkan di dalam embrio satu hewan ke hewan lain.
Seperti dilansir New York Post, Jumat (2/8/2019), para ilmuwan kini akan berusaha menumbuhkan organ-organ manusia di dalam tubuh tikus -- dengan harapan untuk akhirnya melakukan hal yang sama terhadap babi demi mentransplantasi organ manusia itu ke para pasien yang membutuhkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika nantinya para ilmuwan bisa memproduksi organ tersendiri di dalam hewan dan memanennya, maka hal itu bisa menghapuskan kebutuhan pendonor organ manusia dan akan secara efektif menciptakan suplai organ manusia tak terbatas.
"Organ manusia tidak akan segera diciptakan," sebut salah satu peneliti pada eksperimen ini, Hiromitsu Nakauchi, yang juga profesor pada Universitas Tokyo, dalam pernyataan kepada media lokal Jepang, Asahi. "Tapi jika metode ini terwujud, itu akan mampu menyelamatkan nyawa banyak orang," imbuhnya.
Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menandatangani permintaan para peneliti Jepang pada pekan ini. Persetujuan itu mengizinkan para peneliti untuk menciptakan pankreas manusia di dalam tubuh tikus dengan menggunakan sel batang.
"Akhirnya, kita dalam posisi untuk memulai kajian serius dalam bidang ini setelah persiapan selama 10 tahun," ucap Nakauchi.
Jadi bagaimana prosesnya? Pertama, para ilmuwan akan menciptakan telur tikus dan tikus putih yang telah dibuahi. Namun gen dari telur-telur ini akan 'dimanipulasi' agar tikus dan tikus putih itu tidak memiliki kemampuan untuk membentuk pankreas sendiri. Para ilmuwan akan menempatkan sel batang manusia (iPS cells) ke dalam telur yang dibuahi itu.
Hasilnya, sebut para ilmuwan, akan menjadi 'embrio chimeric hewan-manusia'. Chimeric merupakan sebutan untuk campuran dari spesies berbeda.
Embrio mutan itu kemudian akan ditransplantasikan ke dalam rahim tikus atau tikus putih betina. Beberapa waktu berlalu, pankreas manusia akan mulai tumbuh di dalam tubuh bayi tikus atau tikus putih itu. Para ilmuwan yang terlibat eksperimen ini telah bersumpah bahwa mereka akan 'menghentikan eksperimen' jika lebih dari 30 persen otak tikus terdiri atas sel manusia.
Para pakar hewan mengecam eksperimen ini. Julia Baines selaku penasihat kebijakan ilmiah dan proyek senior dari PETA, awal tahun ini, menyebut tikus dan manusia memiliki kondisi biologis yang berbeda secara mendasar. "Dan kita sebaiknya mengingat dengan baik bahwa hewan juga individu, bukan suku cadang," tegasnya kepada The Sun.
Namun diketahui bahwa panduan baru yang diberlakukan pemerintah Jepang melarang perkawinan hewan yang 'lahir' dengan cara ini. Ini berarti, para ilmuwan tidak akan bisa melakukan eksperimen hingga bayi tikus itu dilahirkan. Sebaliknya, embrio-embrio itu akan dipindahkan 'di tengah jalan' untuk melihat apakah pankreas manusia yang ditumbuhkan itu terbentuk secara normal dan apakah sel-sel manusia telah menyebar luas.
Tujuan akhir dari eksperimen ini adalah menumbuhkan organ manusia di dalam tubuh hewan yang berukuran lebih besar, yang mendekati manusia, seperti babi. Kemampuan menciptakan pankreas seusai dengan permintaan akan mengubah hidup banyak orang, dengan saat ini diketahui bahwa transplantasi telah menjadi 'obat' untuk beberapa pasien diabetes tipe 1.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini