Pembunuh Model Mongolia Siap Beberkan Kasus Asal Diberi Grasi

Pembunuh Model Mongolia Siap Beberkan Kasus Asal Diberi Grasi

Jabbar Ramdhani - detikNews
Minggu, 20 Mei 2018 06:18 WIB
Altantuya Shaaribuu (28), model Mongolia yang tewas di Malaysia di tahun 2006 (Foto: The Star)
Kuala Lumpur - Sirul Azhar Umar (45) mengaku bersedia kembali ke Malaysia untuk membeberkan kasus pembunuhan model cantik asal Mongolia, Altantuya Shariibuu. Namun, terpidana mati ini memberi syarat untuk diberikan pengampunan penuh atau grasi.

Sirul yang merupakan mantan polisi ini dihukum bersama seseorang lainnya. Dilansir The Star, Minggu (20/5/2018), Sirul dalam sebuah wawancara dengan Malaysiakini mengatakan bersedia membantu pemerintah Pakatan Harapan yang baru untuk mengungkapkan apa yang terjadi dalam kasus tersebut.

"Kasus itu adalah satu-satunya (dugaan) kejahatan saya, karena saya tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya. Oleh karena itu, saya bersedia membantu pemerintah baru untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi asalkan pemerintah memberi saya grasi penuh," kata Sirul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dia mengatakan pada Sabtu (19/5). Sirul merasa ini adalah syarat untuk pembebasannya. Sebab ia merasa banyak orang setelah Pemilu ke-14 Malaysia (GE14) tahun ini, melihatnya sebagai tahanan politik.

"Sebelumnya saya pernah bertugas di bawah pimpinan Dr Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim, dan saya juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk memberi selamat atas kemenangan mereka dalam pemilu dan berterima kasih kepada Anwar karena menyerukan sidang baru," tambah Sirul.

Sirul juga 'mengungkapkan ketidaksenangannya' tentang pengadilan atas kasus pembunuhan yang dijalaninya. Dia mengatakan telah mengikuti instruksi pengacaranya. Dia juga mengatakan bahwa 'saksi utama' tidak dipanggil selama persidangan. Sirul berharap kasus itu akan terdengar lagi.


Sirul menambahkan bahwa ia telah menginstruksikan pengacaranya untuk mengajukan peninjauan setelah Pengadilan Federal menjatuhkan keputusannya. Tetapi dia mengklaim hal itu belum dilakukan sampai sekarang.

Pada tahun 2009, Sirul dan polisi lainnya, Azilah Hadri, dihukum karena membunuh Altantuya. Keduanya divonis hukuman mati. Altantuya dibunuh pada tahun 2006.

Pengadilan Banding membatalkan hukuman pada tahun 2013. Tetapi Pengadilan Federal menguatkan hukuman mati mereka.


Sirul sempat melarikan diri ke Australia. Tapi dia ditahan Imigrasi Australia setelah Interpol mengeluarkan pemberitahuan merah (red notice). Dia saat ini ditahan di pusat penahanan imigrasi di Sydney, Australia, sejak 2015.

Salah satu misteri kasus ini, pengadilan tidak menetapkan motif Sirul dan Azilah membunuh Altantuya.

Pada 3 Februari 2009, Sirul menangis meminta Pengadilan Tinggi Kuala Lumpur agar tidak menghukum mati. Saat itu dia merasa seperti 'kambing hitam yang harus dikorbankan' untuk melindungi orang tanpa nama yang tidak pernah dibawa ke pengadilan atau menghadapi pertanyaan.


"Saya tidak punya alasan untuk menyakiti, apalagi untuk mengambil nyawa korban dengan cara yang kejam, saya naik banding ke pengadilan, yang memiliki kekuasaan untuk menentukan apakah saya hidup atau mati, bukan menghukum saya untuk memenuhi rencana orang lain untuk saya," kata Sirul saat mengajukan banding.

Sebelumnya, Presiden Mongolia mendesak Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad untuk membuka kembali penyelidikan atas pembunuhan Altantuya di dekat Kuala Lumpur pada tahun 2006. Sebuah langkah yang bisa membuat mantan PM Najib Razak kian tersudut.

Altantuya Shaaribuu (28) tewas dan diledakkan dengan bahan peledak setingkat militer di kawasan hutan di pinggiran Kuala Lumpur. Pada tahun 2015, dua mantan polisi divonis mati atas pembunuhan tersebut, setelah sebelumnya divonis mati pada tahun 2009 dan dibebaskan empat tahun kemudian.


Beredar laporan bahwa kedua mantan polisi tersebut adalah pengawal untuk mantan PM Najib Razak yang kalah dalam pemilu pekan lalu. Saat kejadian pembunuhan tersebut, Najib masih menjabat sebagai Wakil PM Malaysia.

"Sebagai Presiden Mongolia, saya menaruh perhatian khusus pada kejahatan parah, bahwa pada 18 Oktober 2006, seorang warga Mongolia dan ibu dari dua anak, Altantuya Shaariibuu dibunuh di Malaysia," demikian disampaikan Khaltmaa dalam surat untuk Mahathir yang juga dipublikasi di situs resmi kantornya.



Simak juga langkah Mahathir berantas kejahatan di Malaysia lewat video berikut:
(jbr/nif)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads