Model asal Mongolia, Altantuya Shaaribuu (28) tewas dan diledakkan dengan bahan peledak setingkat militer di kawasan hutan di pinggiran Kuala Lumpur pada tahun 2006. Pada tahun 2015, dua mantan polisi divonis mati atas pembunuhan tersebut, setelah sebelumnya divonis mati pada tahun 2009 dan dibebaskan empat tahun kemudian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diberitakan kantor berita Reuters, Sabtu (19/5/2018), Presiden Mongolia Battulga Khaltmaa mengucapkan selamat kepada Mahathir atas pelantikannya sebagai PM baru Malaysia. Namun dia juga mendesak Mahathir untuk membuka kembali penyelidikan atas kasus pembunuhan model cantik tersebut.
Menurut Khaltmaa, penyelidikan ulang tak hanya akan membantu menegakkan keadilan, namun juga meredakan ketegangan antara kedua negara itu.
"Sebagai Presiden Mongolia, saya menaruh perhatian khusus pada kejahatan parah, bahwa pada 18 Oktober 2006, seorang warga Mongolia dan ibu dari dua anak, Altantuya Shaariibuu dibunuh di Malaysia," demikian disampaikan Khaltmaa dalam surat untuk Mahathir yang juga dipublikasi di situs resmi kantornya.
Kelompok-kelompok masyarakat sipil menduga pembunuhan Altantuya terkait dengan perannya sebagai penterjemah dan rekan Abdul Razak Baginda, mantan penasihat Najib, dalam pembelian dua kapal selam kelas Scorpene dari perusahaan raksasa Prancis, DCNS pada tahun 2002.
Najib sendiri telah membantah tuduhan terkait Altantuya ataupun korupsi dalam pembelian kapal selam tersebut. Menyusul kekalahannya yang mengejutkan dalam pemilu pekan lalu, Najib kini tengah diselidiki sebagai bagian dari penyelidikan skandal mega korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
"Ini dia langkah perdana Mahathir berantas kejahatan di Malaysia", saksikan video selengkapnya di 20Detik:
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini