Panama Papers memicu kehebohan setelah mengungkapkan indikasi pencucian uang dan penghindaran pajak oleh sejumlah pemimpin dunia serta konglomerat ternama. Bocoran dokumen milik Mossack Fonseca berisi 11,5 juta data selama 38 tahun terakhir sejak 1977, soal pendirian perusahaan offshore di wilayah surga pajak, yang pungutan pajaknya rendah.
Baca juga: Melihat Lebih Jelas Tentang Panama Papers
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam wawancara dengan Reuters, Rabu (6/4/2016), Fonseca menyebut data-data dari kantornya yang dipublikasi tim jurnalis dari The International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) yang terdiri atas ratusan jurnalis dari sekitar 76 negara, telah keluar dari konteks dan disalahartikan.
"Kami mengesampingkan (pembocoran ini) pekerjaan orang dalam. Ini bukan pembocoran. Ini adalah peretasan," tegas Fonseca (63) di kantornya di Panama City.
"Kami memiliki teori dan kami menindaklanjutinya. Kami telah mengajukan laporan soal hal ini ke kantor Jaksa Agung (Panama), dan ada lembaga pemerintah yang sedang mempelajari isu ini," imbuhnya.
Baca juga: Putin Terseret Bocoran Dokumen Panama, Rusia Berang
Sejumlah negara tengah menyelidiki Panama Papers untuk mencari tahu dugaan pelanggaran hukum oleh warga mereka yang namanya tercantum. Nama kolega Presiden Rusia Vladimir Putin, kerabat Perdana Menteri (PM) Inggris, Pakistan juga Presiden China dan Ukraina muncul dalam dokumen itu. Bahkan PM Islandia Sigmundur David Gunnlaugsson mengundurkan diri setelah dokumen itu mengungkap dirinya dan sang istri memiliki perusahaan offshore di British Virgin Islands, yang memiliki aset jutaan dolar AS, tanpa melaporkannya kepada otoritas Islandia.
"Email-email itu telah dibawa keluar konteks," sebut Fonseca, sembari mengecam publikasi dokumen dengan mengungkapkan identitas kliennya itu bagaikan 'perburuan penyihir'.
"Satu-satunya kejahatan yang telah terbukti adalah peretasan. Tidak ada yang membahas soal itu. Itulah kisah sebenarnya," cetusnya.
Baca juga: PM Islandia Mengundurkan Diri Terkait Dokumen Panama
Mossack Fonseca didirikan oleh dua pengacara bernama Juegen Mossack dan Ramon Fonseca sekitar tahun 1977 silam. Awalnya Fonseca memiliki bisnis kecil sebelum akhirnya merger dengan Mossack, keduanya lantas membentuk firma hukum khusus untuk bisnis offshore.
Sementara itu, Panama Papers berbeda dengan Offshore Leaks yang menjadi proyek analisis ICIJ tahun 2013 lalu. Jika Panama Papers fokus pada dokumen Mossack Fonseca, Offshore Leaks berasal dari data perusahaan Singapura, Portcullis TrustNet. Meskipun keduanya sama-sama fokus pada bisnis offshore oleh para konglomerat dunia.
Sempat disebut 2.900 nama warga Indonesia yang dinyatakan memiliki bisnis offshore di 10 wilayah surga pajak. Nama-nama itu sebenarnya terkait dengan Offshore Leaks. Identitas individu maupun perusahaan dalam Panama Papers sendiri belum dirilis secara lengkap oleh ICIJ.
Baca juga: Ayahnya Terjerat Dokumen Panama, PM Cameron Tegaskan Dirinya Tak Terlibat
![]() |
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini