Video propaganda yang dirilis Hamas pada Sabtu (02/08) telah memicu kemarahan besar di Israel selama akhir pekan lalu.
Rekaman yang tidak diberi tanggal tersebut memperlihatkan sandera Israel, Evyatar David, yang tampak sangat lemah sembari berdiri di dalam sebuah terowongan. Tak hanya itu, ia juga tampak menggali lubang yang disebutnya sebagai makamnya sendiri.
Rekaman ini muncul setelah Hamas merilis video yang menunjukkan Rom Braslavski, sandera Israel yang tampak sangat kurus. Ia ditangkap dalam serangan teror pada 7 Oktober 2023. Video ini memicu kecaman dari negara-negara Barat.
Prancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat (AS), termasuk di antara negara-negara yang menyuarakan kemarahan, dan Kementerian Luar Negeri Israel mengumumkan bahwa Dewan Keamanan PBB akan menggelar sesi khusus pada Selasa (05/08) pagi waktu setempat untuk membahas kondisi para sandera di Gaza.
Hamas disebut sebagai organisasi teroris oleh banyak negara, seperti AS, Uni Eropa, dan Israel.
Netanyahu minta Palang Merah Internasional menjangkau para sandera
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berbicara dengan koordinator Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Julien Lerisson, untuk membantu menjangkau para sandera yang ditahan di Gaza.
Netanyahu menyatakan ia "meminta keterlibatan ICRC dalam penyediaan makanan bagi para sandera serta perawatan medis segera."
Sebelumnya, ICRC pernah mengoordinasikan pemindahan sandera dari militan Hamas kembali ke Israel, serta pemulangan tahanan Palestina dari penjara Israel.
Organisasi kemanusiaan tersebut dalam pernyataannya menyebut bahwa mereka "terkejut dengan video-video yang mengerikan" dan kembali menyerukan agar diberi akses kepada para sandera.
Hamas: Bantuan akan dikirim jika Israel buka koridor kemanusiaan secara permanen
Sementara itu, kelompok militan Hamas menyatakan siap menyalurkan bantuan Palang Merah kepada para sandera yang ditahan di Gaza jika Israel membuka koridor kemanusiaan secara permanen.
"(Kami) siap merespons secara positif permintaan dari Palang Merah untuk mengirim makanan dan obat-obatan kepada tahanan musuh. Namun, kami mengajukan syarat agar koridor kemanusiaan dibuka... untuk pengiriman makanan dan obat-obatan... ke seluruh wilayah Jalur Gaza," tulis Hamas dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan ini disampaikan setelah PM Israel Benjamin Netanyahu meminta bantuan dari ICRC untuk mengirim makanan kepada para sandera yang ditahan di Gaza.
Menurut pejabat Israel, saat ini terdapat 50 sandera yang masih berada di Gaza, dan hanya 20 orang diyakini masih hidup. Sejauh ini, Hamas melarang organisasi kemanusiaan mengakses para sandera, dan keluarga mereka tidak memiliki informasi memadai tentang kondisi mereka
Jerman kembali kirim bantuan ke Gaza lewat udara
Di sisi lain, angkatan bersenjata Jerman (Bundeswehr) kembali mengirim bantuan ke Gaza pada Minggu (03/08), setelah melakukannya pada Sabtu (02/08).
Jerman merupakan salah satu negara dari koalisi yang dipimpin Yordania yang telah melakukan sejumlah misi pengiriman bantuan lewat udara ke Gaza.
Dua pesawat militer mengirim total 44 palet berisi makanan, obat-obatan, dan bantuan lainnya dengan berat sekitar 19 ton, menurut laporan kantor berita DPA.
Namun, beberapa organisasi bantuan mengkritik keputusan untuk mengirim bantuan melalui udara karena dinilai membahayakan warga sipil di darat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa situasi di Gaza yang menyebabkan hampir setengah juta orang menghadapi kelaparan ekstrem, sebenarnya bisa dicegah. WHO mendesak agar bantuan dalam jumlah besar bisa masuk lewat jalur darat.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Adelia Dinda Sani
Editor: Hani Anggraini dan Prita Kusumaputri
Simak juga Video 'Cerita Warga Gaza Pertaruhkan Nyawa untuk Bisa Makan':
(ita/ita)